BANDUNG, BALIPOST.com – Hampir semua media konvensional memanfaatkan medium digital, namun tidak semua produk digital berhasil dimonetisasi secara layak. Dalam upaya menemukan formula tentang permasalahan tersebut, Serikat Perusahaan Pers (SPS) mengadakan Workshop Series #31: Memaksimalkan Produk Digital untuk Keberlanjutan Media, Selasa (6/12) di Bandung, Jawa Barat.
Wakil Pemimpin Redaksi Kompas.id, Tri Agung Kristanto mengungkapkan media-media yang tutup saat ini bukan karena disrupsi digital, tapi karena ketidakmampuan beradaptasi dan persoalan internal. Adaptasi digital yang dilakukan media juga sering tidak relevan. “Kalau mau menambah pendapatan, media jangan hanya melakukan intensifikasi, lebih baik ekstensifikasi. Kami di Kompas tidak bisa berdiri sendiri, makanya membuat kaki-kaki (produk-produk) baru, seperti Kompas.id, Kompasiana,
dll,” ungkap Tri yang juga salah satu Anggota Dewan Pers Komisi Pendidikan & Pengembangan Profesi Pers.
Sementara itu, Agus Sulistriono, CEO Promedia yang dulunya juga mengembangkan bisnis digital di Pikiran Rakyat Media Network, menegaskan bisnis media bisa berlanjut kalau menghasilkan profit. Dalam konteks tersebut, media harus membuat inovasi pada empat pilar. “Inovasi pada business model, business process, revenue model, dan creative content-nya.”
Dalam workshop yang dihadiri insan media dari berbagai daerah, juga hadir beberapa perwakilan
korporasi/brand untuk sharing tentang seperti apa produk digital media yang ramah pengiklan, serta
seperti apa harapan dan dukungan mereka untuk keberlanjutan bisnis media.
Had of Corporate Communications PT Astra International Tbk., Boy Kelana Soebroto, berharap Astra dapat membantu meningkatkan strategi media dalam memaksimalkan produk digitalnya, agar melalui media dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas. “Diantaranya juga sharing seperti apa produk digital media yang ramah pengiklan, serta seperti apa harapan dan dukungan kami untuk keberlanjutan bisnis media.
Hal senada juga dikatakan oleh Jonathan Kriss, Business Development Manager AdaKami. Ia menekankan pentingnya inovasi konten-konten digital yang dihadirkan media agar dapat menjadi bagian dalam kampanye korporasi/brand. “Harapannya teman-teman media digital juga bisa mengangkat konten eduksi yang lebih advance dalam membekali masyarakat kita dengan pertumbuhan industri digital secara umun dan khususnya di industri keuangan,” ujar Jonathan.
Sementara itu, Rose Henindra, Manager Publisher Relantionship TADEX-Telkomsel, platform periklanan
premium terbesar berbasis programmatic di Indonesia, menggarisbawahi maksimalisasi pemanfaatan digital marketing. Terutama ketika media tersebut merasa membutuhkan alternatif kanal beriklan selain hanya dari platform yang sudah ada.
Ia mengungkapkan, ada empat strategi penempatan iklan website terbaik untuk publisher/media. Pertama, fokus ke costumer experience. Kedua, analisa perilaku pengguna (user behavior). Ketiga, perhatikan data hasil kunjungan website. Keempat, perhatikan penempatan iklan pada website. “TADEX menjembatani antara kebutuhan pengiklan saat ini, melalui kerja sama dengan publisher-publisher terpercaya dan terverifikasi Dewan Pers. TADEX memberikan solusi dan skema periklanan digital yang sehat, mudah, dan transparan, baik untuk pengiklan dan penerbit, sebagai wujud kontribusi dalam membentuk ekosistem digital di Indonesia,” ujar Rose.
Ketua Harian SPS Pusat, Januar P. Ruswita, menambahkan, sebagian besar kue di platform digital
dikuasai platform periklanan global. Ia berharap platform periklanan nasional yang ada sekarang bisa
menciptakan iklim model bisnis media yang sehat. Mudah-mudahan juga mendukung produk jurnalistik
yang berkualitas,” ujar Januar P. Ruswita. (kmb/balipost)
Credit: Source link