JawaPos.com – Industri pendukung dipastikan ikut bertransisi dalam pengembangan kendaraan listrik. Industri kecil menengah (IKM) yang selama ini masif terlibat di industri otomotif konvensional juga akan masuk ke dalam rantai pasok kendaraan listrik.
Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronik Kementerian Perindustrian Taufiek Bawazier mengatakan, tidak perlu ada kekhawatiran terhadap kemampuan beradaptasi IKM. Sebab, itu juga menjadi perhatian pemerintah. ”Industri utamanya bertransisi, industri pendukungnya juga akan diajak bertransisi. Insentif kan juga meliputi motor dan konversi. Jadi, secara garis besar komponen masih sama, hanya beda di mesin. Pengerjaan konversi juga pasti akan melibatkan bengkel-bengkel,” ujar Taufiek.
Dia menambahkan, peraturan menteri perindustrian mengatur, dalam 153 komponen mobil listrik, sebanyak 80 persen komponen harus dipenuhi dari industri dalam negeri.
”Jadi, dengan adanya TKDN (tingkat komponen dalam negeri) itu, IKM khususnya anggota GIAM (Gabungan Industri Alat-Alat Mobil) itu tetap berproduksi. Sampai hari ini, tidak ada IKM atau supplier yang tutup, malah ordernya bertambah,” beber Taufiek.
Pihaknya juga telah menyampaikan kepada para IKM, dalam konteks kendaraan listrik jangan hanya melihat Indonesia. Tapi, IKM juga bisa menyasar pasar global dengan menyuplai komponen mobil listrik ke negara lain. ”Artinya, jangan sampai info ini (insentif kendaraan listrik, Red) mengganggu teman-teman yang ada di IKM dan mengecilkan hati, tapi justru ini sebenarnya potensi baru,” kata dia.
Jika sebelumnya ada teknologi internal combustion engine, lanjut Taufiek, sekarang ada tambahan baru mobil listrik dan sepeda motor listrik. ”Ini ada tambahan input baru buat mereka menambah inovasinya menyuplai komponen-komponen tadi,” imbuhnya.
Sementara itu, seiring dengan berbagai insentif, termasuk bebas uang muka atau DP nol persen, pelaku jasa keuangan optimistis pembiayaan kendaraan listrik bakal bertumbuh. Sekretaris Perusahaan BRI Finance R.M. Taufiq Kurniadihardja menegaskan, pembiayaan kendaraan listrik saat ini menjadi prioritas. Meski demikian, pihaknya mencermati sejumlah faktor terkait permintaan pasar, infrastruktur, dan ketersediaan unit.
Seiring dengan pelonggaran mobilitas, permintaan akan kendaraan listrik memang meningkat. Begitu pula kendaraan hybrid yang cukup menyita perhatian konsumen. ”Ditambah pemerintah memberikan insentif subsidi untuk pembelian mobil listrik. Permintaan pasar bisa cukup besar,” jelasnya kepada Jawa Pos.
Di sisi lain, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mematok kredit kendaraan bermotor (KKB), termasuk kendaraan listrik, berkontribusi sekitar 10 persen terhadap penyaluran kredit konsolidasi. Optimisme tersebut sejalan dengan anggapan bahwa kendaraan listrik jauh lebih efisien dalam hal biaya konsumsi bahan bakar ketimbang kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).
Direktur BCA Petrus Karim menyatakan, potensi pertumbuhan kredit di segmen kendaraan listrik cukup besar. Bahkan, BCA berani memberikan suku bunga yang kompetitif untuk kredit kendaraan listrik. Yakni, 2,25 persen untuk setahun. Ada pula 3,15 persen tenor dua tahun serta 2,95 persen untuk pembiayaan tiga tahun.
Untuk tenor empat tahun, suku bunganya 3,75 persen. ”Karena kita mau mendukung green policy, pertumbuhan dunia yang lebih sehat berorientasi sustainability. Tren kendaraan listrik terus meningkat,” katanya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : han/agf/c7/fal
Credit: Source link