YOGYA, KRJOGJA.com – Pemerintah memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 bisa berada pada kisaran 5 persen-5,5 persen (year on year/yoy). Bank Indonesia (BI) memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan mencapai 4,7-5,5 persen (yoy).
Selanjutnya proyeksi International Monetary Fund (IMF) dan Asian Development Bank (ADB) masing-masing sebesar 5,3 persen (yoy) dan 4,8 persen (yoy).
Jika dicermati, proyeksi ADB lebih rendah dari prakiraan Pemerintah Indonesia, BI dan IMF. Proyeksi ADB lebih moderat, sedangkan proyeksi lainnya mencerminkan sikap optimis.
“Proyeksi ADB memang lebih moderat namun berharap perekonomian Indonesia semakin membaik dibandingkan tahun 2021”, jelas Edimon Ginting (Ekonom ADB) yang bertugas di Bangladesh. Edimon Ginting sedang berlibur di akhir tahun sekaligus menjenguk keluarganya yang saat ini tinggal di Yogyakarta.
“Meskipun terdampak pandemi, kinerja ekonomi Indonesia selam 2 tahun terakhir relatif masih lebih baik dibandingkan dengan negara-negara sejawat (peers) di Kawasan Asia”, ungkap Edimon pada saat ngobrol santai dengan Y. Sri Susilo (Dosen FBE UAJY) sekaligus Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta di sebuah kafe di Kawasan Sagan, Yogyakarta (Selasa, 27/12/21).
Sebagai gambaran, pada 2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi sehingga mengalami pertumbuhan negatif -2,07 persen secara tahunan (yoy), sedangkan rata-rata negara Asia Tenggara terkontraksi -4 persen (yoy) dan Asia Selatan -4,5 persen (yoy). Menurut Edimon, ADB juga memprediksi PDB Indonesia akan tumbuh sekitar 1,5 persen lebih besar dari level 2019, di atas pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia pada akhir tahun 2021 ini.
“Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lepas dari kebijakan fiskal dan moneter yang telah dilakukan dengan mengakomodasi proses pemulihan ekonomi pascapandemi dengan baik”, jelas Edimon.
Menurut Ediomon, ADB juga telah memberikan rekomendasi agar Indonesia menekankan ke depannya agar mendapatkan sumber pertumbuhan baru.
Untuk diketahui, sebelumnya ADB telah bekerja sama dengan Indonesia untuk melakukan analisis terkait dengan peningkatan sumber pertumbuhan baru, baik dari industri manufaktur maupun pemanfaatan potensi teknologi digital. Selanjutnya, ADB dan Indonesia sama-sama bergerak ke arah sumber pertumbuhan baru yaitu transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Terkait untuk transisi tersebut ADB juga memfasilitasi pembiayaan kepada swasta yang melakukan investasi green energy yang mendukung kegiatan ekonomi yang rendah karbon”, ungkap Edimon.
“Pemda DIY dan pemangku kepentingan seharusnya sudah mulai menyusun kebijakan dan program yang mendukung kegiatan ekonomi rendah karbon”, harap Y. Sri Susilo.
Utuk merespon terkait kegiatan ekonomi yang rendah karbon tersebut. Dalam jangka panjang kebijakan dan program tersebut dapat mendukung green tourism yang merupakan bagian dari quality tourism. Menurut Susilo, ke depan quality tourism yang berbasis budaya dan lingkungan seharusnya dapat menjadi produk unggulan pariwisata di DIY. (*)
Credit: Source link