Agar Pasangan Tidak Selingkuh, Butuh Komitmen Dua Pihak

Agar Pasangan Tidak Selingkuh, Butuh Komitmen Dua Pihak

JawaPos.com–Perselingkuhan sudah ada terjadi sejak lama, bukan hal yang baru. Perselingkuhan itu selalu ada, hanya saja media akhir-akhir ini terlalu menyorotinya.

Tidak ada satu pun alasan yang dapat membenarkan tindakan perselingkuhan. Sudah semestinya komitmen pernikahan dipertahankan kedua belah pihak.

”Bosan, LDR (long distance relationship), pasangan tidak menarik, itu hanyalah segelintir alasan untuk menjustifikasi perselingkuhan,” ungkap mahasiswa doktoral Family Social Science di Minnesota University Cahya Haniva.

Perilaku selingkuh, menurut Cahya, merupakan perilaku sadar dari pelaku. Sayangnya, pada beberapa kasus perselingkuhan, kesalahan pelaku selingkuh tersebut justru dilimpahkan ke korban.

”Selama ini, kita dididik untuk mengatasi perselingkuhan dari sisi korban. Supaya pasangan tidak selingkuh, kita harus begini begitu. Padahal, seharusnya tindakan perselingkuhan harus diantisipasi justru oleh pelaku itu sendiri,” ucap Cahya Haniva.

Menurut dia, jika dalam suatu hubungan terdapat kasus perselingkuhan, kesalahan terletak pada pelaku. Pelaku harus menyadari bahwa perilaku tersebut salah. Pelaku selingkuh perlu melakukan refleksi diri sehingga dapat ditemukan alasan yang mendorong perselingkuhan.

”Apabila akar permasalahan telah ditemukan, langkah selanjutnya adalah mencari solusi. Mungkin, seseorang bisa selingkuh karena melihat orang tuanya memiliki hubungan yang tidak baik. Artinya, terdapat trauma. Itulah yang perlu disembuhkan terlebih dahulu sebelum membangun hubungan secara sadar,” papar Cahya.

Untuk mencegah perselingkuhan, lanjut dia, setiap orang harus berpegang pada komitmen yang telah disepakati bersama. ”Komitmen bukanlah suatu hal yang hanya berlaku pada saat hari jadian atau pernikahan, tetapi komitmen harus terus diperbaiki, dijaga, dan dipertahankan setiap harinya,” ucap Cahya Haniva.

Cahya juga menyayangkan tingginya ekspos media terkait isu perselingkuhan. Sebab, hal itu justru menciptakan gelombang insecure pada masyarakat.

”Berita-berita selebriti yang melakukan perselingkuhan secara tidak langsung direfleksikan terhadap kondisi hubungan penonton dan memicu timbulnya pikiran seakan-akan semua pasangan berpotensi selingkuh sehingga menganggap bahwa hubungan mereka sedang dalam bahaya,” terang Cahya Haniva.

Cahya menyarankan untuk merefleksikan hubungan masing-masing mengingat kondisi setiap hubungan tidak sama dan tidak bisa disamaratakan. Penting untuk menjaga komitmen dan terbuka pada pasangan dalam hal apa pun.

”Lebih baik refleksi terhadap hubungan masing-masing. Nggak ada salahnya kita mencari tahu dan membagikan tentang diri kita pada pasangan, seperti love style, love language, bahkan trauma masa lalu. Hal-hal seperti itu dapat membantu kita lebih mengetahui pasangan sehingga hubungan dapat membantu memperbaiki hubungan menjadi lebih baik,” tutur Cahya Haniva.

Editor : Latu Ratri Mubyarsah

Reporter : Salsabila Naqiyya Qoriroh


Credit: Source link

Related Articles