Aku Bangga Ditendang Sama Kang Yayan

JawaPos.com – Aghniny Haque ikut memperkuat film Ben & Jody memerankan tokoh Tambora. Dalam film arahan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang kini berubah genre dari seri film Filosofi Kopi sebelumnya menjadi film action, ia melakukan adegan fighting bersama Yayan Ruhian, salah satu aktor spesialis film action di tanah air.

Aghniny Haque awalnya melakukan adegan fighting dengan Yayan Ruhian hanya berpura pura saja tanpa bersentuhan secara fisik khawatir bikin lawan main sakit. Ia lantas diminta Yayan Ruhian untuk memukulnya beneran. Aghniny pun mengikuti permintaan tersebut supaya adegan perkelahian terlihat lebih seru dan nyata.

“Aku mukul Kang Yayan kena dan waktu itu pernah sekali aku juga ketendang sama Kang Yayan, tapi nggak apa- apa namanya juga film action . Aku bangga ditendang Kang Yayan dan aku menghadapinya,” kata Aghniny Haque sambil tersenyum di bilangan Epicentrum Rasuna Said Jakarta Selatan Rabu (5/1).

Dalam melakukan adegan fighting, Aghniny Haque tentu saja tidak terlalu mengalami kesulitan. Sebab sebelum terjun ke dunia perfilman tanah air, ia merupakan atlet nasional Taekwondo. Ilmu dan praktek tentang bela diri pun sudah tertanam kuat pada dirinya.

Kendati demikian, Aghniny harus melakukan penyesuaian dengan Yayan Ruhian saat melakukan adegan laga. ” Kang Yayan menyesuaikan dan aku berusaha mengejar Kang Yayan. Makasih banyak sama Kang Yayan yang sudah sabar banget sama kami,” tuturnya.

Sampai saat ini sudah ada 3 film dimana Aghniny Haque dituntut memerankan aksi laga. Yaitu di film Wiro Sableng, Ben & Jody dan Mencuri Rade Saleh. Diantara ketiga film tersebut, film ini yang dianggapnya paling berkesan.

Selain punya pengalaman main bareng Yayan Ruhian, film Ben & Jody juga membawa isu menarik tentang ketidakadilan sosial yang terjadi. Film ini memperlihatkan adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh mereka yang punya kuasa dan uang kepada mereka yang lemah.

“Di sini bukan sekedar action, di sini aku mau menyampaikan bahwa masih banyak masyarakat adat yang mengalami ketidakadilan seperti tanahnya diambil oleh perusahan untuk dijadikan industrial atau perkembunan,”tuturnya.

“Aku pengin kasih tahu ke semua ada lho di sini, aku juga pengin kasih tahu harusnya sudah nggak ada lagi ya kayak gini. Karena mereka (masyarakat adat) juga punya kehidupan. Di sini Tambora belajar bertahan hidup,” imbuhnya.

Editor : Mohamad Nur Asikin

Reporter : Abdul Rahman


Credit: Source link