Bakteri superbug yang resisten terhadap antibiotik (Foto: New Atlas)
New York, Jurnas.com – Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menemukan terdapat 2,8 juta kasus infeksi akibat resisten antibiotik, yang terjadi setiap tahun dalam enam tahun terakhir. Dari jumlah tersebut, 35.000 orang meninggal.
Dalam penelitian CDC pada 2013 lalu, diperkirakan 2 juta warga AS terinfeksi superbug, bakteri jahat yang tidak mati oleh antibiotik, setiap tahunnya, yang menyebabkan setidaknya 23.000 kematian.
“Laporan 2013 mendorong negara itu ke arah tindakan kritis dan investasi melawan resistensi antibiotik. Laporan hari ini menunjukkan kemajuan penting, namun ancamannya masih nyata,” kata Dr. Robert Redfield, direktur CDC, dalam sebuah pernyataan dikutip dari Reuters pada Kamis (14/11).
Para pejabat kesehatan global telah berulang kali memperingatkan tentang bahaya kebangkitan bakteri dan mikroba lain yang resisten terhadap sebagian besar obat yang tersedia, meningkatkan momok penyakit menular yang tidak dapat diobati, dan dapat menyebar dengan cepat.
Resistensi obat didorong oleh penyalahgunaan dan penggunaan antibiotik dan antimikroba lainnya, yang mendorong bakteri untuk berevolusi untuk bertahan hidup dengan menemukan cara baru untuk mengalahkan obat-obatan.
CDC mengatakan bahwa angka 2019 yang lebih tinggi adalah hasil dari sumber data baru dan lebih baik, bukan peningkatan kematian, dan pada kenyataannya upaya pencegahan telah mengurangi kematian dari kuman yang sulit dibunuh sebesar 18 persen.
Seorang juru bicara untuk Dewan Pertahanan Sumber Daya Nasional (NRDC) menyebut perkiraan baru CDC terlalu rendah, mengatakan bahwa sebuah studi Universitas Washington baru-baru ini menyebutkan jumlah korban jiwa lebih dari 160.000.
“Tidak ada keraguan bahwa infeksi yang resistan terhadap obat sedang meningkat. Sementara perkiraan CDC telah meningkat, mereka tetap konservatif,” kata Avinash Kar, seorang pengacara senior NRDC.
“Memecahkan resistensi antibiotik akan membutuhkan penghentian penggunaan obat-obatan ini secara berlebihan di peternakan. Sampai saat itu, obat-obatan yang menyelamatkan nyawa ini akan semakin gagal ketika orang sakit membutuhkannya. Dan, sebagaimana diakui CDC, semua orang berisiko,” lanjut Kar.
Peningkatan superbug tak terlepas dari penggunaan antibiotik yang tidak pada tempatnya. NRDC menemukan, hampir dua pertiga dari antibiotik yang penting bagi pengobatan manusia, dijual untuk digunakan pada hewan ternak, didistribusikan secara massal dalam makanan atau air, seringkali kepada hewan yang tidak sakit.
CDC mengatakan “daftar ancaman” resistensi antibiotik saat ini mengandung 18 kuman, termasuk dua kuman yang dianggap mendesak, yakni Candida Auris yang resistan terhadap obat, dan Acinetobacter yang resistan terhadap karbapenem.
Tiga ancaman mendesak diidentifikasi dalam laporan 2013 ialah Enterobacteriaceae atau CRE yang resisten terhadap carbapenem, Neisseria Gonorrhoeae, dan Clostridioides Difficile.
TAGS : Bakteri Superbug Antibiotik Infeksi
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/62412/Antibiotik-Diobral-Ancaman-Superbug-Makin-Mengerikan/