DENPASAR, BALIPOST.com – Tertularnya kembali seseorang yang sudah sembuh dari COVID-19 bukan lah hal yang tidak mungkin. Kondisi ini disebut reinfeksi.
Menurut Vaksinolog dan Dokter Spesialis Penyakit, dr. Dirga Sakti Rambe mengatakan reinfeksi ini sangat mungkin terjadi. Meskipun, di dunia pun kasus reinfeksi ini belum sampai 30 kasus yang dilaporkan. “Artinya masih sangat kecil sekali,” ungkapnya dipantau dari Denpasar dalam streaming Dialog Produktif dengan Tema “Vaksin: Intervensi Kesehatan Masyarakat yang Efektif dan Aman,” Selasa (3/11) yang disiarkan di akun YouTube Kemenkominfo TV.
Namun, durasi dari antibodi COVID-19 ini tidak berlangsung seumur hidup. Untuk itu, antisipasinya tetap melakukan protokol kesehatan (prokes) 3M secara ketat. “Tetap pakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan,” ujarnya memberikan tips untuk mengantisipasi reinfeksi.
Oleh karena itu, ia meminta jangan gegabah. “Jangan mentang-mentang saya sudah kena COVID-19, sudah punya antibodi, jangan. Karena ternyata kita bisa kena infeksi virus dari jenis yang berbeda,” sebutnya.
Kasus reinfeksi pertama di Amerika Serikat tertuang dalam laporan di jurnal medis The Lancet. Seorang pria berusia 25 tahun yang terkena kembali COVID-19, dinyatakan positif COVID-19 pertama kali pada April dengan gejala batuk dan mual. Ia dinyatakan negatif COVID-19 pada Mei.
Hanya saja, di akhir Mei, pria tersebut mengunjungi UGD karena mengalami gejala batuk, demam, dan pusing. Awal Juni, ia kembali dinyatakan positif COVID-19.
Saat terinfeksi kedua kalinya, pria tersebut mengalami hipoksia atau kadar oksigen rendah dan sesak napas sehingga memerlukan bantuan oksigen. (Diah Dewi/balipost)
Credit: Source link