Bali Dihantui Kenaikan Inflasi | BALIPOST.com

Pedagang tengah menyiapkan daging ayam di Pasar Badung, Denpasar. Bali masih akan dihantui kenaikan inflasi terutama di Desember ini. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bali masih akan dihantui kenaikan inflasi terutama di Desember ini. Penyebabnya, tingginya kunjungan wisatawan ke Bali untuk merayakan liburan akhir tahun ditambah dengan kelangkaan pasokan bahan kebutuhan pokok. Selain itu, banyaknya kegiatan keagamaan di Bali menyambut hari raya Galungan dan Kuningan akan menaikkan permintaan terhadap barang dan jasa.

Menyikapi kondisi ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali mengajak para pemangku kepentingan terkait di daerah itu untuk mewaspadai, serta melakukan langkah antisipasi. Kepala KPwBI Provinsi Bali, Trisno Nugroho di Denpasar, Bali, Minggu (4/12) mengatakan tekanan inflasi pada Desember 2022 yang sesuai dengan pola historisnya dipengaruhi kunjungan wisatawan yang berlibur akhir tahun.

“Selain itu, peningkatan intensitas upacara keagamaan turut mempengaruhi inflasi bulan Desember,” kata Trisno Nugroho. Sementara itu, saat ini mulai terjadi penurunan produksi padi dan komoditas hortikultura (bawang merah, cabai, tomat) seiring dengan berakhirnya musim panen, serta kenaikan harga pupuk nonsubsidi mempengaruhi inflasi untuk kelompok volatile food.

Ia menambahkan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Bali senantiasa melakukan koordinasi dalam pemantauan harga dan ketersediaan pasokan. Di samping itu, penyelenggaraan operasi pasar yang lebih intensif juga akan terus dilakukan. Peningkatan kerja sama antar daerah (KAD) terus diperluas untuk memenuhi kebutuhan pasokan pangan.

Lebih lanjut, peningkatan cadangan pangan pemerintah (CPP) untuk komoditas beras, serta pemanfaatan anggaran dari Biaya Tak Terduga (BTT) APBD untuk program pengendalian inflasi di Provinsi Bali juga akan dilanjutkan.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik Provinsi Bali pada November 2022, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 0,28 persen (mtm) atau 6,62 persen (yoy). Secara disagregasi, kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 0,26 persen (mtm), setelah pada bulan Agustus – Oktober 2022 berturut-turut mengalami deflasi.

Inflasi volatile food terutama didorong oleh kenaikan harga bawang merah, sawi hijau, tomat, dan sawi putih seiring dengan tingginya curah hujan yang berpengaruh terhadap penurunan produksi.

Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile food tertahan oleh penurunan harga cabai rawit dan cabai merah akibat pasokan yang masih tinggi.

Sementara itu, kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar -0,22 persen (mtm), lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,60 persen (mtm).

Deflasi disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara didorong oleh masa liburan low season, penurunan tarif kendaraan roda 4 online, dan normalisasi tarif transportasi setelah kenaikan harga bahan BBM. (Winata Nyoman/balipost)

Credit: Source link