Bali Perlu Renstra Pertanian Produktif dan Inovatif

Petani memanen padi di Badung. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Keperluan terhadap produk-produk pertanian, seperti pangan semakin meningkat karena permintaan yang semakin tinggi sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk ini harus diantisipasi oleh terjaminnya ketersediaan pangan. Pakar pertanian Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc., M.MA. menegaskan hal itu, Minggu (30/8).

Menurut Sedana, pemerintah dan segenap stakeholder baik di level provinsi maupun kabupaten/kota perlu merancang atau menyiapkan rencana strategis (renstra) pengembangan pertanian ke depan yang mensinergikan antara sektor di hulu sampai ke hilir. Pembangunan pertanian agar dirancang secara holistik dan sinergis guna mewujudkan pertanian inovatif dan produktif secara berkelanjutan. ‘’Pemerintah agar menjadikan sektor pertanian sebagai lokomotif perekonomian karena memiliki resiliensi yang tangguh dalam menghadapi situasi yang tidak terduga,’’ ujarnya.

Sedana menambahkan, pembangunan pertanian hendaknya melalui pendekatan komoditas yang inovatif, kewilayahan dan berorientasi pada kesejahteraan petani yang berkelanjutan. ‘’Pendekatan komoditas tersebut ditujukan untuk lebih menekankan pada orientasi produk-produk yang diperlukan dan tersedia dalam jumlah dan kualitas tertentu,’’ katanya.

Sedana yang juga Rektor Dwijendra University Denpasar ini menegaskan, pendekatan komoditas dilakukan secara integratif dan sinergis dari aspek kelembagaan, utamanya menyangkut kebijakan dan lembaga-lembaga yang berperan dalam supply chain produk-produk pertanian. Beberapa aspek yang tercakup dalam pendekatan komoditas ini adalah jenis dan karakteristik berbagai produk pertanian yang inovatif, kondisi permintaan dan penawaran produk di dalam suatu wilayah di dalam negeri termasuk di tingkat internasional, perilaku konsumen terhadap produk-produk pertanian termasuk tingkat harganya.

‘’Ini berarti bahwa pendekatan komoditas sangat relevan dengan kondisi pasar produk-produk pertanian dalam periode dan wilayah tertentu,’’ tegas mantan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra dan Ketua HKTI Buleleng ini.

Sedana menambahkan, pendekatan wilayah dapat memberikan gambaran terhadap kesesuaian aspek agroklimat terhadap berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan. Melalui pendekatan ini akan dapat dibangun dan dikembangkan sentra-sentra produksi pertanian yang memberikan jaminan adanya ketersediaan berbagai produk pertanian dalam setiap musim.

Dalam pendekatan wilayah, unsur inovatif berupa penemuan produk baru juga perlu ditonjolkan. Diakuinya, turbulensi terhadap ketersediaan produk-produk pertanian dan permintaan atau keperluan masyarakat dapat menimbulkan efek kejut terhadap situasi ekonomi di tingkat mikro dan kesejahteraan petani. (Sueca/balipost)

Credit: Source link