Pembahasan visi dan misi pasangan calon Pemilihan Presiden 2019 (Foto: Ecka Pramita)
Jakarta – Direktur Institut Narasi Indonesia, Mickael B. Hoelman dalam forum diskusi membedah Visi Misi Capres-Cawapres Pemilu 2019 menilai pasangan Jokowi-Maruf Amin lebih memiliki visi yang kontekstual dan optimis sesuai dengan tantangan indonesia saat ini.
“Jokowi Amin kalau kita cermati visi misinya terlihat optimistis dan berorientasi masa depan. Mungkin karena khususnya Jokowi yang saat ini Presiden paham benar tantangan indonesia ke depan.” Kata Mickael B. Hoelman dalam diskusi publik “Mencari Format Indonesia Maju” yang digelar di Jakarta (30/10).
Menurutnya, pasangan 01 memiliki paket kebijakan yang cukup komprehensif untuk mengatasi tangangan ke depan seperti bonus demografi, produktivitas tenaga kerja dan industrialisasi 4.0.
Jokowi-MA menyiapkan program reformasi sistem pendidikan, revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasional, revitalisasi industri dan manufaktur hingga reformasi ketenagakerjaan dan menumbuhkan kewirausahaan baru.
“Prioritas program aksi seperti ini dibutuhkan karena pendekatan sektoral tidak akan pernah cukup berhasil. Seperti Kartu Indonesia Pintar, ke depan mungkin Jokowi-MA akan mengenalkan Kartu Indonesia Terampil. Terobosan seperti ini belum banyak muncul dari tim Prabowo-Sandi.” Paparnya.
Pada visi misi kedua pasangan, terdapat banyak kemiripan misi dan program aksi. Meski begitu, pasangan Jkw-MA jauh lebih lengkap mengidentifikasi isu-isu strategis.
Pasangan Prabowo-SU misalnya tidak memiliki misi khusus untuk menyelesaikan masalah ketimpangan. Termasuk ketimpangan yang dihadapi kelompok perempuan.
Padahal, Cawapres Sandiaga dalam setiap pernyataannya kerap mengutip soal “emak-emak”. Sayangnya, dalam dokumen resmi yang disampaikan ke KPU, visi misi Prabowo sama sekali belum mencantumkan bahkan satu kata pun tentang perempuan.
Mickael menuturkan masukan-masukan publik mungkin dapat digunakan untuk memperbaiki visi misi kedua pasangan agar lebih paripurna. “Semua pasangan capres terutama diharapakan mampu membangun optimisme publik dam bukan sebaliknya. Harus konsisten antara visi dengan narasi kampanye dan juga kerja nyatanya.” Harapnya.
Sementara itu dalam kesempatan sama pengamat kebijakan Publik Ah. Maftuchan, menilai terlepas dari narasi visi-misi yang tujuannya memakmurkan indonesoa, Jokowi sebagai petahana dianggap lebih memahami detail masalah.
Jokowi juga dianggap selama ini telah membangun fundamental yang tepat bagi kerangka meneruskan capainnya melalui visi-misi pencapresannya 2019 mendatang.
Sudah tepat karena semua negara maju paling tidak ditandai oleh infrastruktur yang terkoneksi dan dapat dimanfaatkan sebanyak-banyaknya masyarakat, itu diimbangi dengan program subsidi yang produktif, tata kelola pemerintahan yang membaik dan keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam.
“Jokowi dengan dana desa konsisten dan program perlahan reforma agraria udah melakukan hal tepat.” Papar Direktur Lembaga Prakarsa tersebut.
Sementara itu, Eddy Soeparno, Sekjend Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Badan Pemenangan Prabowo-Sandi menkritisi persoalan daya beli, lapangan kerja dan kestabilan harga yang belakangan ini menurutnua menjadi perhatian masyarakat.
“Indonesia harus jadi basis ekspor, jangan hanya mengimpor saja.” Tegasnya.
Ia mengkritik pemerintah saat ini yang belum maksimal mengembangkan ekonomi. “Industri kita pertumbuhannya semakin rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kita.” Tegas Eddy.
Eddy berharap ke depan Ekspor indonesia lebih kompetitif. Di era revolusi 4.0 ekonomi kian disruptif dan banyak tenaga kerja kita hilang lapangan pekerjaannya, “Kami fokus menyusun visi supaya ada reskilling untuk tenaga kerja kita.” Pungkas Eddy
TAGS : Pasangan Capres Jokowi MA Prabowo Sandiaga
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/43090/Benarkah-Visi-Misi-Jokowi-MA-Dinilai-Lebih-Optimistis/