JawaPos.com – Usia seribu hari pertama paling penting untuk tumbuh kembang anak. Artinya sejak usia anak nol di dalam kandungan, hingga ia berusia 2 tahun, pemenuhan nutrisi harus tepat. Salah satunya menjamin agar mereka nafsu makan dengan rasa yang menggugah selera makannya. Salah satunya adalah rasa gurih atau umami serta bijak garam sejak dini.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), konsumsi garam harian yang ideal adalah 5 gram setiap hari. Namun, 5 dari 10 masyarakat Indonesia mengonsumsi garam lebih dari 5 gram.
Dalam kampanye Bijak Garam, Grant Senjaya dari PT Ajinomoto Indonesia menjelaskan diet bijak garam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam memasak. Salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar.
“Kampanye Bijak Garam ini bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang. Pengurangan asupan garam atau diet rendah garam dapat diganti dengan penggunaan garam dengan bumbu umami seperti MSG,” kata Grant Senjaya kepada wartawan dalam webinar bersama Katadata Indonesia, baru-baru ini.
Bolehkah Penggunaan MSG Pada Masakan Untuk Anak?
Dokter Spesialis Anak dari RS Kasih Ibu Surakarta dr. MN Ardi Santoso, Sp.A., M.Kes mengatakan fakta 1000 hari pertama kehidupan dihitung dari janin usia nol hingga 9 bulan sampai anak lahir sampai usia 2 tahun. Ini adalah periode penting di mana seluruh organ vital anak berkembang pesat, dari mulai otak, hati, jantung, dan ginjal. Maka masa ini disebut juga dengan golden age.
“Nutrisi harus optimal, masa-masa seribu hari harus dipenuhi dengan gizi yang baik. Terutama masalah makannya. Itu karena 80 persen otak manusia berkembang saat seribu hari pertama kehidupan. Caranya dengan nutrisi optimal, jangan sampai berat badannya turun. Harus naik tak boleh flat atau turun, jadi risiko gagal tumbuh,” jelasnya.
Saat anak tak selera makan, kata dia, ibu-ibu rata-rata khawatir, bolehkah menambahkan cita rasa umami atau MSG ke dalam masakan? Menurut dr. Ardi, jawabannya adalah boleh.
“Ingin kasih rasa ke makanan, boleh nggak ya pakai MSG? Berbahaya gak sih? Di satu sisi anak butuh makanan lezat, butuh cita rasa enak. Kan ada pantangan ya, gula garam, itu harus dibatasi. Dan jawabannya boleh,” katanya.
Apa itu MSG?
MSG disebut juga dengan micin atau Monosodium Glutamat. Ini salah satu dari 20 asam amino yang berperan penting dalam tubuh manusia. Kadar natrium dalam MSG lebih rendah dibanding garam dapur.
“MSG mengandung 12 natrium. Garam dapur 39 persen. Natrium di MSG lebih sedikit dibanding garam dapur. Resiko hipertensi lebih rendah,” katanya.
MSG menurutnya membantu mencerna usus, kontrol nafsu makan, diet rendah garam. Dan MSG digunakan sebagai penguat rasa.
Berapa Batasan yang Aman Untuk Anak?
Menurut dr. Ardi mengutip data BPOM, kadar aman penggunaan MSG sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) penguat rasa diizinkan dengan penggunaan maksimum atau secukupnya. Tak ada batasan.
“Kata-kata BPOM hanya menulis ‘secukupnya’ tak ada batasan. Maka tak perlu khawatir. Semua ini kan hanya untuk penguat rasa. Berlebihan juga rasanya tak enak. Dari Badan Dunia tak ada batasan intake, dengan batas maksimum secukupnya. Tak ada batasan dan aman untuk anak, bahkan boleh untuk bayi. Sebab sejak bayi, sebetulnya sudah diperkenalkan dengan MSG di dalam ASI. ASI ibu mengandung 44,17 persen MSG dari total protein. Maka MSG boleh digunakan dengan batasan secukupnya,” tegasnya.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Marieska Harya Virdhani
Credit: Source link