Pakar Telematika, Abimanyu Wachjoewidajat atau akrab disapa Abwach
Jakarta, Jurnas.com – Kabar mengejutkan datang dari aktivis antihoax, Abimanyu Wachjoewidajat atau akrab disapa Abwach. Ia divonis positif Covid-19 setelah menjalani rapid test. Beruntung karena berkah Allah, Abwach sempat berkenalan dengan kapsul JSH Herbal produksi SidoMuncul. Dalam tempo empat hari, dia telah dinyatakan negatif Covid.
Saat pertama divonis terinfeksi Covid-19 membuat Abwach kesal, marah, meradang sekaligus sedih.
“Kali ini membahas topik menyedihkan yang justru menimpa diri saya. Tapi saya perlu keberanian mengutarakannya kepada masyarakat karena sekarang sudah lega dan sudah sembuh. Sudah lepas dari bayang-bayang terinfeksi Korona. Dengan begitu masyarakat ikut tercerahkan dan teredukasi dari pengalaman dan cobaan saya ini,”ujar Abwach pada tayangan berjudul “Testimoni Kunci Kesembuhan Abwach Dari Mulai Dinyatakan Reaktif Saat Rapid Test” pada channel YouTubenya yang dinamakan Abimanyu Wachjoewidajat.
Pekan lalu, pakar telematika ini mengikuti rapid test, hasilnya positif. Setelah mengetahui hasil test tersebut apakah Abwach hanya santai saja atau malah bingung. Pastinya tentu bingung, bimbang, bengong mikirin kenapa dirinya bisa terinfeksi Covid-19.
Menurut Abwach, kalau mengalami kejadian yang tak pernah diduga seperti itu, lalu apa pilihannya. Abwach berkata, ada tiga hal yang akan dirasakan korban.
Pertama pasti marah-marah, kesal, ngamuk, padahal sudah sakit, bisa saja nularin kemana-mana karena meludah ke sana kemari. Kedua, sedih, merenung, blank. Dan ketiga, menghindar untuk kemudian sembuh.
“Lalu saya yang mana di posisi itu? saya tiga-tiganya. Beneran nih. Pertama, marah dan kesel. Marahnya karena apa, saya sudah bekerja banyak. Saya sudah do something. Saya malah sudah bikin situs info hoax, menggabungkan 12 lebih portal yang ada mengenai info hoax. Bulan April, saya bikin juga situs new normal, biar kita bisa maju dan tercerahkan bersama, biar kita tidak putus asa, menginformasikan agenda-agenda penting sebagai panduan publik menghadapi new normal. Saya juga sharing info bisnis yang mungkin bisa bermanfaat untuk para wiraswasta karena belasan perusahaan ikut terimbas bangkrut. Termasuk juga sharing obat-obat penangkal Covid. Segitunya sudah saya lakukan. Kemudian kenapa saya yang justru kena ya,” tutur Abwach.
Bagi orang yang mengenal dirinya, pasti langsung paham. Abwach dikenal sebagai “si sumbu pendek”. Artinya, pemarah.
“Kalau ditanya apakah saya sedih, iya sedih. Bisnis yang saya bangun bisa tidak berjalan. Siapa yang akan meneruskan ini, apa yang terjadi kepada keluarga saya. Walau saya tidak memikirkan keluarga saya karena anak-anak sudah mandiri, istri saya banyak yang dukung, tapi mereka tetap bagian dari keluarga saya,” katanya.
Belum lagi, lanjut Abwach, dirinya memikirkan kelanjutan proyek yang sedang berjalan maupun proyek baru yang akan segera dia garap bersama timnya.
“Akhirnya saya putuskan mundur, kembali ke belakang. Dengan rasa marah saya putuskan back off. Benar-benar melakukan isolasi mandiri. Baju saya dibedakan, makanan beda, ruangan berbeda, kamar mandi beda. Saya senang diperlakukan seperti itu, sangat prudent. Itu karena saya takut keluarga tertular,” tuturnya.
Akhirnya dirinya berpikir lagi, jika isolasi mandiri di rumah, Abwach tetap bertemu keluarga di titik-titik tertentu. Seperti di gerbang rumah, sofa maupun ruang keluarga. Sampai akhirnya dia putuskan keluar saja dari rumah.
Lantas bagaimana Abwach bisa recovery. Ada yang menyarankan Abwach untuk melakukan pemeriksaan lagi di rumah sakit rujukan, siapa tahu bukan karena terinfeksi Covid-19. Namun, setelah dipikir, apakah di rumah sakit sudah ada obatnya. Sebab, Covid-19 bukannya belum ada obatnya. Itu bukan hanya di Indonesia bahkan di belahan bumi pun juga belum ditemukan antivaksinnya.
Selanjutnya, kata Abwach, bila dirinya ikut test lagi belum tentu hasilnya positif, kalau negatif lagi bagaimana? Itu artinya keluar uang Rp2 Juta tanpa kejelasan untuk biaya rapid test.
“Sampai kawan-kawan saya menyarankan beli obat berbasis botol, obat berbasis tetes, obat berbasis kapsul. Justru semua referensi itu membuat kita semakin bingung. Saya juga diperkenalkan oleh Pak Jonatha Sofjan Hidajat atas temuan kapsul JSH Herbal-nya. Saya semakin bingung. Dalam hati berkata, kalau obat itu menyembuhkan…ok fine. Tapi kalau tidak, sudah minum tiga empat kali ternyata nggak sembuh juga. Imun sistem bukan semakin kuat, malah berbalik menyerang tubuh kita,” tuturnya.
Ia menambahkan, “Kalaupun imun tubuh kita menang, berhasil mengalahkan si virus, tubuh kita membuat imun baru, kemudian terbentuklah antibody. Masalahnya, usia saya sudah 56 tahun agak sulit terbentuk antibody. Makanya saya harus selektif memilih obat yang akan saya minum. Kalau ternyata di minum bisa komplikasi terhadap tubuh, maka akan menyebabkan penyakit kronis.”
Abwach menambahkan dari sekian banyak obat, ia harus memilih satu yang menurutnya diyakini sudah tepat. Dia pun membuat dasar yang menjadi ukuran, yakni 9 P.
Yakni Previous back ground, Prescription, Process, Paper, Prove, Place, Prodution, Price, Practical.
“Akhirnya pilihan saya jatuh pada JSH Herbal. Hasil setelah 4 hari minum JSH, sembuh Jek. Am I Happy? yes saya happy” ucapnya.
Apakah cuma itu yang dilakukan Abwach dalam memilih kapsul JSH Herbal? Jawabannya sudah pasti tidak.
Sebagai aktivis pengolah info hoax, ia mencari tahu apa sebenarnya itu JSH Herbal, apa kandungan di dalamnya, benarkah khasiat yang diutarakan penemunya : J Sofjan Hidajat, makanya dinamai JSH. Kemudian berapa kadar air alkali yang baik bagi tubuh.
“Apakah setelah mengetahui semua itu langsung minum. Belum, masih harus dicari lagi informasi terkait, izin edar dari BPOM, apakah sudah memiliki nomor registrasi, yang ternyata sudah ada izin dan nomor registrasinya. Saya juga membaca artikel tentang seorang dokter bernama Dr Otto Warburg yang menuliskan tentang alkali,” ucapnya.
Ternyata kapsul JSH ini memiliki kandungan alkali yang tinggi, yang bagus dikonsumsi mereka yang memiliki penyakit dalam tubuhnya.
Temuan peraih nobel tahun 1931, Dr Otto Warburg menegaskan tidak ada penyakit termasuk cancer yang dapat bertahan dalam lingkungan alkali. Kapsul JSH bukan karbon aktif murni namun telah diproses lebih lanjut sehingga larut dalam air.
Di Riset and Development (R&D) SidoMuncul kabarnya bahkan berhasil melakukan proses dari bahan charcoal menjadi produk alkali atau PH-nya tinggi. Herbal JSH bukan karbon aktif murni sehingga kapsul JSH larut di air.
JSH bahkan sudah ada testimoninya dari para penderita Covid-19, yang dinyatakan negatif setelah rutin mengkonsumsi kapsul JSH.
Bisa jadi dan memang terjadi saat pasien Korona yang dikarantina di Semarang mengkonsumsi kapsul Herbal JSH sebagai sumbangan dan dedikasi SidoMuncul kepada kemanusiaan justru sembuh betul dibuktikan dengan test swab berulang kali menjadikan pasien, keluarga, dan masyarakat beranggapan Herbal JSH mampu melawan Covid-19.
“Saya dengar dari pengakuan Pak Sofjan dan berita media dari 45 pasien, sebanyak 40 orang sudah melakukan swab positive menjadi swab negative dan telah dinyatakan sembuh setelah mengkonsumsi JSH dalam waktu 7-9 hari. Mereka kini telah dikembalikan kepada keluarga dan lingkungan serta diterima dengan baik seperti keadaan normal sebelum terinfeksi Covid-19,” ungkap Abwach menirukan penuturan Sofjan Hidajat.
Dari perbincangannya dengan Sofjan yang mendasarkan pada pengalaman dan testimoni dari penderita Covid-19 yang sembuh tentu tidak bisa diabaikan begitu saja.
Pengalaman pasien yang sembuh dari Covid-19 setelah minum kapsul JSH, banyaknya orang yang terinfeksi dan belum adanya obat untuk Covid-19 ini, yang mendorong SidoMuncul tergerak untuk membagikan kapsul JSH yang mereka buat, disumbangkan kepada beberapa rumah sakit milik pemerintah daerah, seperti di Kota/Kabupaten Semarang, Kota Salatiga dan Kabupaten Boyolali serta RS di Wisma Atlet dan RSPAD Jakarta.
JSH juga bukan karbon aktif murni tapi merupakan produk alkali PH tinggi untuk menjaga kesehatan untuk semua usia.
“Kata Pak Sofjan sudah empat tahun yang lalu, dia memulai melakukan pengembangan produk-produk herbal food supplement. Tujuannya membuat produk untuk orang sehat supaya tetap sehat. Salah satu idenya adalah mengembangkan produk untuk detox atau racun dalam tubuh. Idenya adalah produk alkali sehingga PH-nya tinggi. Karena produk alkali dengan PH tinggi tentu sangat baik untuk kesehatan,”ungkapnya
Bahkan makanan yang mengandung alkali dianjurkan untuk usia lanjut, penderita kanker atau mereka sering terganggu kesehatannya.
Setelah informasi yang diterimanya utuh, kata Abwach, ia pun meminum kapsul JSH Herbal 2 butir sehabis makan.
“Dalam waktu empat hari, saya sudah kembali sembuh dan normal seperti sedia kala. Alhamdulillah,” ucapnya.
Apalagi, ungkap Abwach, SidoMuncul tidak mencari untung besar dalam memasarkan JSH. Satu botol JSH yang berisi 50 butir hanya dihargai Rp150 Ribu saja. Artinya, satu butir hanya dikenai 3000 perak.
“Waktu saya tanya apakah produk ini diproduksi massal, Pak Sofjan menjawab ya dibuat secara massal. Artinya, orang lain pun dapat meminum JSH. Percuma dong, saya sharing kalau tidak di produksi banyak. Yang lebih saya bangga, produk tersebut juga disumbangkan ke rumah sakit-rumah sakit dan Pemda untuk membantu warga yang terinfeksi Covid-19,” tutupnya.
TAGS : Pekat Telematika Minuman Herbal Pandemi Covid-19
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/76709/Berkat-Minum-Herbal-Pakar-Telematika-Sembuh-dari-Covid-19/