JawaPos.com – Bank Indonesia (BI) memperkirakan Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) akan meningkatkan suku bunga paling cepat pada triwulan III 2022. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut, hal tersebut akan berdampak pada kenaikan obligasi Amerika Serikat (US Treasury) sebesar 50 basis poin (bps) hingga 75 bps.
Menurutnya, pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) karena kenaikan suku bunga The Fed juga turut berdampak pada perekonomian nasional. “Kalau US Treasury naik, yield dalam negeri juga memerlukan penyesuaian 50 bps. Ini yang kita koordinasikan kepada Kementerian Keuangan,” kata Perry dalam sebuah webinar, Jumat (24/12).
Perry menyebut, kenaikan bunga bank sentral AS juga akan berdampak pada nilai tukar kurs. Sehingga, BI akan melakukan berbagai langkah stabilitasi pasar melalui kebijakan moneter agar Indonesia dapat bertahan atas perubahan ekonomi global tersebut.
“Bagaimana caranya? Dengan menjaga mekanisme pasar agar berjalan dan tentu saja mematikan penyesuaian di pasar itu berjalan secara smooth,” tuturnya.
Perry mengungkapkan, BI optimis Indonesia akan dapat bertahan dalam situasi perubahan kebijakan moneter ke depan lantaran memiliki cadangan devisa yang besar. Namun, kewaspadaan tetap harus dilakukan meskipun Indonesia telah mengalami gejolak yang lebih besar.
Perry menambahkan, saat ini pihaknya masih mempertahankan suku bunga rendah di angka 3,5 persen. Hal ini sebagai upaya penyesuaian arah kebijakan ke depannya. “Kami akan terus mempertahankannya sampai tahun depan. Sampai dengan ada tanda-tanda tahun depan,” pungkasnya.
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link