JawaPos.com – Kain sisa tak selamanya harus dibuang begitu saja. Dengan sedikit kreativitas, kain bekas bisa dijadikan barang yang memiliki nilai jual. Bahkan dapat membantu meningkatkan penghasilan masyarakat.
Hal ini pula yang selama ini dijalani pengusaha muda asal Bandung, Nicky Sonjaya. Sejak 2014, dirinya berusaha membangun ekosistem pengrajin di sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Majalaya Kabupaten Bandung. Yakni dengan memanfaatkan kain sisa produksi pabrik.
Dari sisa kain tersebut disulap menjadi keset anyam, lap pel, dan cempal yang dikerjakan secara home made oleh para pengrajin. “Bahan baku biasanya kami dapat dari pabrik-pabrik textile yang memproduksi kain kaos katun dan spandek, Dan yang kita ambil itu sisa potongan kain. Biasanya disebut kain finishing yaitu ukuran lebar 5 cm hingga 10 cm,” ujar Nicky pada wartawan.
Hingga saat ini, setidaknya beberapa masyarakat atau pengrajin dari 40 desa di Jawa Barat yang telah digerakkan Nicky. Termasuk tetap berjalan di tengah pandemi Covid-19.
Sebab harus diakui, pandemi memang membawa dampak tersendiri bagi perekonomian masyarakat. Untuk itu diperlukan dorongan kreativitas dan terus bergerak agar tetap bisa bertahan.
Lantas, apa eduaksi yang diberikan pada masyarakat?
Diakui Nicky, sebelum masyarakat ikut terlibat dan menjual hasil produksinya, ia memberikan edukasi. Agar masyarakat tak hanya sekadar menerima pesanan. Tapi juga paham seluk beluk usaha dari barang bekas tersebut.
Biasanya, edukasi dilakukan dengan membuat ketua kelompok dari 10-20 orang pengrajin. Lantas, mereka akan diajarkan bagaimana memilih warna, ukuran, dan motif yang menarik. Sehingga produk yang dihasilkan berbeda dari lainnya dan menarik.
“Setelah berhasil barulah kita jadikan standar untuk produk tersebut. Pokoknya model/motif dan bentuk dibedakan dari kompetitor yang sudah ada di pasaran,” papar pemilik usaha casiber houseware.
Bagi Nicky, edukasi tersebut sangat penting. Sebab selama ini kendala para pengrajin adalah mereka membuat suatu produk yang asal jadi. Sehingga susah untuk menjualnya.
Saksikan video menarik berikut ini:
Editor : Nurul Adriyana Salbiah
Credit: Source link