JawaPos.com – Perum Bulog mengimpor beras dari Vietnam sebanyak 200 ribu ton pada Desember. Beras tersebut dijadikan sebagai cadangan beras pemerintah.
Impor itu mendapat sorotan dari pengamat kebijakan publik Bambang Haryo Soekartono. Menurut dia, mengusulkan impor beras itu adalah tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Selama ini tugas Bulog hanya menyerap beras dari petani nasional.
“Impor itu biasanya mempertimbangkan keseimbangan suplai dan permintaan. Itu adalah peran Kemendag,” ujar Bambang Haryo Soekartono kepada wartawan, Jumat (23/12).
BHS, begitu Bambang Haryo Soekartono biasanya disapa, mengungkap data bahwa Bulog secara nasional hanya bisa menyerap sebesar 1,2 juta ton pada 2021. Jumlah itu dianggap relatif sangat kecil, jika dibandingkan dengan serapan produksi beras nasional secara total yang jumlahnya mencapai 31,33 juta ton.
“Bulog hanya membeli beras petani nasional dan mengedarkan beras ke masyarakat tidak lebih dari 3 persen dari total beras yang diproduksi nasional,” terang mantan anggota DPR periode 2014-2019 itu. Artinya serapan besar nasional terbesar adalah dari swasta.
BHS mensinyalir Bulog belu bisa secara profesional menyerap beras nasional, termasuk juga memasarkan beras nasional ke masyarakat. “Terbukti sebagian besar masyarakat Indonesia tidak berminat untuk membeli beras yang dipasarkan Bulog,” sebutnya.
Dia menyoroti rendahnya produksi beras nasional. Jika dibandingakan dengan Vietnam, luas lahan pertanian Indonesia jauh lebih luas. Indonesia mempunyai lahan pertanian sebesar 70 juta hektare. Dari luas itu, 10,41 juta hektare di antaranya merupakan lahan panen padi. Lahan seluas itu menghasilkan 31 juta ton beras per tahun.
Sementara, Vietnam hanya mempunyai lahan pertanian sebesar 7,2 juta hektare dan bisa memproduksi 44 juta ton beras per tahun. Bahkan Vietnam bisa menjadi negara pengekspor beras nomor 2 terbesar dunia di pada 2020. “Indonesia tidak masuk dalam negara pengekspor beras terbesar di dunia sampai dengan peringkat 10 besar dunia,” terang BHS.
Sebelumnya, 10 ribu ton beras impor dari Vietnam tiba di dua pelabuhan Indonesia. Yakni, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta; dan Pelabuhan Merak, Banten. Masing-masing sebanyak 5 ribu ton.
Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, beras impor itu adalah bagian dari 200 ribu ton yang dijadwalkan tiba sepanjang Desember 2022.
Dia mengklaim beras impor itu dapat menambah cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan tiba di 12 pelabuhan lain. “Bulog mendapat tambahan stok cadangan beras Pemerintah sebanyak 10.000 ton untuk kapal impor perdana dari Vietnam yang baru tiba,” ujar Budi Waseso.
Purnawirawan jenderal polisi bintang tiga itu merinci, untuk 12 pelabuhan yang bakal menerima kedatangan beras impor dari Vietnam adalah Pelabuhan Malahayati dan Lhokseumawe (Aceh), Belawan (Medan), Dumai (Riau), Teluk Bayur (Padang), Boom Baru (Palembang).
Lalu, Panjang (Lampung), Tanjung Priok (Jakarta), Merak (Banten), Tanjung Perak (Surabaya), Tenau (Kupang). Sisanya direalisasikan tahun depan sampai dengan sebelum panen raya.
Buwas memastikan, kebijakan pengadaan beras dari luar negeri itu semata-mata untuk memperkuat cadangan beras nasional. Selain itu, tibanya beras impor ini juga tidak akan mengganggu beras petani karena hanya dipergunakan pada kondisi tertentu.
Credit: Source link