JawaPos.com – Sepanjang 2022, industri pasar modal Indonesia bergerak cukup dinamis di tengah tantangan pemulihan ekonomi akibat Covid-19 dan gejolak ekternal. Tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatatkan jumlah pendatangan terbanyak sejak swastanisasi pada 1992, yakni sebanyak 59 anggota bursa yang Initial Public Offering (IPO).
Meski begitu, di tengah tantangan sektor keuangan yang cukup sulit, sejumlah emiten baru terpaksa harus menelan pil pahit dengan penurunan harga saham yang tajam. Di sisi lain, milenial semakin melek investasi dan pertumbuhannya di pasar modal lumayan fantastis. Berikut catatan akhir tahun pasar modal Tanah Air, yang dirangkum JawaPos.com, Sabtu (31/12).
IHSG Ditutup Turun
BEI mencatat pertumbuhan kapitalisasi pasar yang positif sepanjang tahun 2022. Per Desember, IHSG bergerak di zona positif diikuti dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai USD 600 miliar.
Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan bersyukur lantaran Indonesia bisa melewati tahun 2022 dengan sangat baik meskipun dihadapkan dengan skenario yang sangat kompleks dan penuh tantangan.
“Sepanjang tahun ini IHSG berhasil bergerak di zona positif dengan diikuti pertumbuhan nilai kapitalisisasi pasar yang meningkat lebih dari 15 persen atau setara dengan USD 600 miliar,” kata Iman dalam Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022, Jumat (30/12).
Nilai tersebut, menurut Iman, diperoleh berkat keyakinan investasi yang masih terjaga. Hal ini tecermin dari aktivitas perdagangan sepanjang tahun 2022, khususnya transaksi dagang yang bertumbuh sebesar 10 persen YoY.
Menurut Iman, transaksi terus tumbuh berkat kebijakan tepat yang diambil pemerintah Indonesia, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam meredam dampak ketidakstabilan global. BEI mencatat, pertumbuhan yang dialami bursa efek Indonesia dinilai lebih baik daripada bursa ASEAN dan beberapa bursa global.
Pada hari perdagangan terakhir, IHSG ditutup turun dipicu aksi ambil untung. IHSG ditutup melemah 9,46 poin atau 0,14 persen ke posisi 6.850,62. Sedangkan Indeks LQ45 (kelompok 45 saham unggulan) justru turun 2,7 poin atau 0,29 persen ke level 937,18.
Lima sektor terkoreksi dipimpin sektor barang konsumen primer dengan penurunan 0,89 persen, disusul sektor teknologi yang turun 0,64 persen. Sementara itu, enam sektor meningkat dipimpin sektor infrastruktur (naik 1,34 persen), diikuti sektor kesehatan (naik 0,68 persen), serta sektor properti dan real estat (naik 0,37 persen).
IHSG Cetak Rekor 13 September, Kapitalisasi Saham 27 Desember
Dikutip dari laman OJK, per 29 Desember 2022, IHSG telah berada di posisi 6.860,08 poin atau berhasil tumbuh sebesar 4,23 persen secara year-to-date (YtD). Seiring dengan pertumbuhan IHSG tersebut, kapitalisasi pasar juga tumbuh sebesar 15,18 persen secara YtD yaitu sebesar Rp 9.509 triliun.
IHSG juga menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah di level 7.318,01 poin, tepatnya pada tanggal 13 September 2022. Demikian halnya dengan kapitalisasi pasar yang mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada tanggal 27 Desember 2022 sebesar Rp 9.600 triliun.
Meskipun kinerja IHSG mengalami pertumbuhan dan diapresiasi banyak pihak, namun kinerja Reksa Dana masih mengalami tekanan yang disebabkan beberapa faktor. Antara lain terkait kebijakan shifting unit link ke instrumen keuangan lain di luar reksa dana.
Per 28 Desember 2022, total NAB Reksa Dana tercatat turun 12,58 persen menjadi Rp505,69 triliun, dengan jumlah produk Reksa Dana yang juga menurun dari 2.198 menjadi 2.143 produk.
IPO Terbanyak 30 Tahun Terakhir
Makin banyak perusahaan memperluas cara mendapatkan modal. Salah satunya yakni lewat pasar modal. Sepanjang 2022, tercatat sebanyak 59 perusahaan baru mencatatkan saham perdana atau IPO di BEI.
“Terima kasih kepada OJK dan stakeholder pasar modal yang telah membantu bursa sebanyak 59 perusahaan untuk tercatat sepanjang tahun 2022 atau merupakan jumlah IPO tertinggi sejak swastanisasi BEI sejak tahun 1992. Dan merupakan pertumbuhan tertinggi di kawasan ASEAN selama 5 tahun terakhir,” jelas Iman dalam penutupan perdagangan bursa kemarin.
Sebagaimana umumnya ketika ada perusahaan yang baru IPO, publik menyambut antusias. Apalagi saat tahu bahwa perusahaan yang melantai di bursa memiliki branding yang kuat. Namun ternyata, sejumlah emiten kinerja sahamnya justru bikin investor tekor. Seperti salah satunya yakni PT GoTo Gojek Indonesia Tbk (GOTO).
Jumlah Investor 10,3 Juta SID
Pasar modal indonesia saat ini telah dihadiri oleh 10,3 juta investor yang terus berinvestasi. Sebanyak 81,2 persen diantaranya adalah investor retail yang masih menjadi motor utama penggerak perdagangan di BEI sepanjang tahun ini.
Jumlah investor tersebut meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Sejak tahun 2020, OJK melihat pertumbuhan jumlah investor pasar modal lebih dari 2,5 juta SID setiap tahunnya.
Jumlah investor dari kalangan milenial juga terus berkembang. Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, satu penyebab kenaikan jumlah investor ritel adalah pembatasan mobilitas akibat pandemi.
Kebijakan pembatasan memberi sebagian masyarakat waktu lebih untuk mencari penghasilan sekunder di pasar keuangan. Berkurangnya pengeluaran rekreasional akibat pembatasan sosial juga mendorong masyarakat untuk menabung dan berinvestasi.
Faktor berikutnya adalah rendahnya tingkat suku bunga selama 2019-2021. Hal tersebut membuat masyarakat mencari instrumen investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan.
“Tren itu tidak hanya terlihat di Indonesia, namun juga hampir di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS) pertumbuhan investor ritel 2021 tumbuh 25 persen, di India kenaikan investor ritel sampai 45 persen (sejak awal pandemi Covid-19 hingga semester I 2021),” kata Bhima, Selasa (20/9).
Pertumbuhan positif juga diikuti dengan kembalinya keyakinan investor dan institusi domestik untuk menanamkan investasinya yang tecermin dari kontribusi perdagangan harian yang telah kembali di atas 24 persen sejak tahun 2020. “Meningkatnya partisipasi investor di pasar modal indonesia tentu menjadi perhatian kami untuk terus meningkatkan aktivitas edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat,” kata Iman, kemarin.
Terkait edukasi dan sosialisasi, BEI mencatat sedikitnya telah berlangsung 11 ribu kegiatan edukasi dengan jumlah peserta sekitar 1,8 juta orang. Pihaknya berkomitmen bahwa kegiatan tersebut akan terus digalakan bekerjasama dengan stakeholder.
334 UMKM Manfaatkan SCF
Pada tahun 2022 ini, penghimpunan dana melalui securities crowdfunding (SCF) untuk mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) juga terus mengalami pertumbuhan dengan telah berhasil dimanfaatkan oleh 334 pelaku UMKM dengan total penghimpunan dana sebesar Rp 713,29 miliar dari 13 platform penyelenggara SCF.
SCF merupakan alternatif sumber pendanaan UMKM melalui skema urun dana dengan konsep penawaran efek. Jenis yang ditawarkan berupa efek bersifat utang dan sukuk (EBUS).
Aktivitas SCF dapat dilakukan tanpa tatap muka dengan aplikasi atau platform digital di smartphone. Melalui skema tersebut, investor dapat berinvestasi sekaligus membantu usaha rakyat. Misalnya, investor ritel, khususnya yang berdomisili dari daerah asal UMKM penerbit.
Credit: Source link