JawaPos.com – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) melaporkan hingga tengah tahun atau sampai Juni 2022, penerimaan negara hulu migas sudah mencapai USD 9,7 miliar atau setara dengan Rp 140 triliun. Angka ini setara 97,3 persen dari target penerimaan negara pada APBN 2022 yang ditetapkan sebesar USD 9,95 miliar.
Capaian tersebut didorong oleh tingginya harga minyak dunia, serta keberhasilan dalam menerapkan efisiensi hulu migas. “Kami bersyukur ditengah situasi perekonomian nasional yang belum pulih serta masih terkendalanya operasional hulu migas akibat pandemi Covid-19, industri hulu migas tetap mampu memberikan penerimaan negara yang optimal dan menjadi katalisator bagi pembangunan nasional dan menjaga keberlanjutan usaha industri penunjang nasional,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto pada konferensi pers capaian dan kinerja hulu migas Semester Pertama 2022, akhir pekan.
Dwi menambahkan untuk realisasi produksi dan lifting masih lebih rendah dibandingkan target APBN. Salah satu sebabnya adalah karena adanya unplanned shutdown dan mundurnya penyelesaian proyek strategis nasional hulu migas yaitu Jambaran Tiung Biru dan Tangguh Train 3 yang telah dimasukkan dalam perhitungan pada penyusunan target lifting di APBN 2022.
Program pengeboran sumur pengembangan yang masif dilakukan KKKS di luar EMCL, telah mampu menunjukkan hasil positif dengan mampu menahan laju penurunan produksi dan saat ini pada fase produksi yang meningkat. “Kami juga terus berupaya dapat menyelesaikan proyek hulu migas nasional, termasuk proyek strategis nasional sektor hulu migas,” lanjut Dwi Soetjipto.
Hingga semester I 2022 sebanyak 6 proyek hulu migas sudah bisa diselesaikan dari target 12 proyek pada tahun ini. Untuk proyek strategis nasional hulu migas yang akan onstream pada 2022 adalah Jambaran Tiung Biru (JTB).
“Karena itu sisa tahun 2022, akan terjadi tren peningkatan produksi dan lifting migas nasional,” kata Dwi.
Credit: Source link