JawaPos.com – Kementerian Perdagangan (Kemendag) optimistis kinerja ekspor bakal tumbuh 4 persen tahun ini. Tepatnya, ekspor nonmigas. Namun, sejumlah tantangan ekonomi global akan tetap membayangi sektor perdagangan. Karena itu, pemerintah harus bisa menaklukkannya.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa lembaga rating dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) mengoreksi prediksi pertumbuhan ekonomi global. Berdasar data terbaru, mereka berani meramalkan, perekonomian akan membaik.
“Dikoreksi. Tetapi bukan koreksi turun. Koreksi naik,” ujar Lutfi kemarin (19/3).
Dia menyatakan bahwa Indonesia membidik pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5–5,5 persen tahun ini. Untuk mencapai target itu, nilai ekspor harus tumbuh 4 persen. Syarat lainnya adalah pertumbuhan impor tidak boleh lebih dari 2 persen, konsumsi rumah tangga harus naik 5 persen, dan investasi tumbuh 13,7 persen.
Optimisme tersebut, lanjut Lutfi, didukung tren super-cycle commodity. Yakni, komoditas yang harganya naik kencang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Di antaranya, harga minyak mentah, harga LNG, beras, iron ore, dan copper.
“Beberapa komoditas utama dunia mencatatkan rekor kenaikan harga yang sangat signifikan pada 2020. Itu memicu spekulasi supercycle commodity pada 2020–2021,” ungkap Lutfi.
Sementara itu, ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyatakan bahwa surplus ekspor masih di bawah normal. Itu terutama ditopang oleh harga komoditas yang masih tinggi dan mulai membaiknya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor.
“Jadi, ekspor relatif masih bagus di tengah kondisi impor yang masih sangat turun, belum ada perbaikan, disebabkan industri kita masih menahan produksi karena pandemi,” ucap Piter.
Credit: Source link