Parents, gemas tidak ketika anak lebih asyik nge-game di gadget daripada berinteraksi dengan mama-papa atau bahkan saudaranya? Sepulang sekolah, yang dicari bukan orang tua, melainkan di mana gadgetnya. Game dan game. Pusing banget!
—
ADIK, Kak, Adik, Kak! Dipanggil berkali-kali nggak nyahut. Eh ternyata, si adik atau kakak lagi asyik bermain game. Sabar, parents. Super menggemaskan!
Menurut praktisi bidang psikologis Diah Ayu Anggraeni, tampilan hingga resolusi gambar yang menarik selalu berhasil memancing anak buat bermain game. Cara mainnya juga berbeda dengan permainan jadul (jaman dulu). ’’Permainan jadul lebih mengandalkan tenaga. Sementara itu, game gadget menggunakan otak untuk berpikir dan kelincahan jari-jari,’’ ujarnya.
Ada beberapa sisi positif ketika anak bermain game di gadget. Diah mengungkapkan, pertama, anak bisa berpikir secara cepat dan efektif. Dalam game, anak akan berusaha melewati level yang ada. Lewat game, anak pun didorong untuk berpikir secara cepat serta efektif dalam menyelesaikan masalah.
Sisi positif kedua, lanjut Diah, kreativitas anak akan bertumbuh. Pada game yang rumit, anak didorong untuk berpikir kreatif. Terakhir, sisi positif ketiga adalah jiwa pantang menyerah anak juga tumbuh.
Lalu, bagaimana dengan sisi negatifnya? Duh, bikin geleng-geleng kepala kalau lihat sisi negatifnya. Diah menuturkan, ada beberapa dampak negatif anak bermain game di gadget.
Di antaranya, muncul perilaku negatif, terutama pada game yang menampilkan unsur kekerasan hingga membunuh, anak berpotensi menjadi antisosial (ansos) karena waktunya terkuras oleh game di gadget, berbicara kasar bisa saja dari lawan main game di gadget, hingga kurang gerak disebabkan duduk berjam-jam main game.
Ngeri nggak parents setelah tahu dampak negatif dari bermain game? Karena itu, ayah-bunda perlu memilih game untuk anak agar tidak berdampak buruk. Dia menjelaskan, pilih game sesuai usia karena setiap usia pasti punya tugas perkembangan yang berbeda-beda, game yang menstimulasi kreativitas anak, game yang melatih kemampuan berpikir serta kepemimpinan anak, dan media game.
Diah menyarankan apabila game dimainkan di alat dengan ukuran monitor yang lebar. Misalnya, di personal computer (PC) atau TV. ’’Orang tua bisa sambil mengawasi jenis permainan yang dimainkan,’’ imbuhnya.
Credit: Source link