JawaPos.com – Hari ini, setahun lalu, yaitu 13 Januari 2021, menjadi momen Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang disuntik vaksin Covid-19. Ia disuntik dengan vaksin Corona Vac dari Sinovac asal Tiongkok. Kini setelah setahun berlalu, perjalanan vaksinasi sudah hampir memenuhi target herd immunity atau kekebalan kawanan.
Sebelum Presiden Jokowi divaksin, tentu usaha panjang dilakukan untuk mendapatkan pasokan vaksin setelah pandemi Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020. Ketika itu baru 1,2 juta dosis tahap awal vaksin yang datang dari Tiongkok. JawaPos.com, Kamis (13/1) merangkum catatan perjalanan vaksinasi Covid-19 di Indonesia hingga kini program vaksinasi penguat atau booster sudah dimulai pada Rabu (12/1).
Awal Kedatangan Vaksin
Sebanyak 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac tiba di Indonesia pada Minggu malam 6 Desember 2020. Sebelum vaksinasi digelar, vaksin Covid-19 tersebut mendapatkan Izin Penggunaan Darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Sebanyak 1,2 juta vaksin itu merupakan bagian dari pengadaan tahap pertama sebanyak 3 juta dosis jenis SARS-COV-2 yang inaktivasi. BPOM secara ilmiah memberikan izin penggunaan darurat jika dipastikan vaksin itu aman dan efektif. MUI juga memastikan vaksin tersebut halal dan suci.
Tak lama setelah itu, sebanyak 15 juta dosis vaksin Covid-19 tambahan dari Sinovac tiba lagi di tanah air. Artinya di tahap awal saat itu Indonesia sudah memiliki 3 juta dosis vaksin siap pakai, dan 15 juta bahan baku untuk diproduksi Bio Farma. Kedatangan bahan baku vaksin tersebut berlangsung satu hari menjelang tanggal vaksinasi yang ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo pada 13 Januari 2021.
Jokowi Jadi Orang Pertama Divaksin
Presiden Jokowi menjadi orang yang pertama divaksinasi pada Rabu 13 Januari 2021. Vaksinasi berlangsung di Istana pukul 09.40. Vaksin Corona Vac produksi Sinovac, yang disuntikkan kepada Presiden dan penerima awal lainnya, sebelumnya telah melalui uji klinis yang ketat dan independen, memperoleh izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta mendapatkan fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Lalu pada Rabu 26 Januari 2021, Presiden Joko Widodo alias Jokowi kembali disuntik vaksin dosis kedua. Jokowi menerima vaksin Sinovac kedua saat itu atau tepatnya 14 hari setelah vaksinasi pertama dilakukan.
Belasan Vaksin Diizinkan
Setelah Sinovac, ada vaksin lainnya menyusul dan diizinkan oleh BPOM. Sepanjang tahun 2021, ada 11 vaksin yang diizinkan. Apa saja?
- Vaksin CoronaVac (Sinovac)
- Vaksin Covid-19 Bio Farma
- Vaksin AstraZeneca
- Vaksin Sinopharm
- Vaksin Moderna
- Vaksin Pfizer and BioNTech)
- Vaksin Sputnik-V
- Janssen Covid-19 Vaccine
- Vaksin Convidecia atau CanSino
- Vaksin Zifivax
- Vaksin Covovax
Total Cakupan Vaksinasi
Setelah setahun berjalan, hingga Rabu, 12 Januari 2022, untuk perkembangan program vaksinasi, penerima vaksin ke-1 bertambah 1.099.390 orang dengan totalnya melebihi 172 juta orang atau 172.155.594 orang. Sedangkan penerima vaksinasi ke-2 bertambah 613.814 orang dan totalnya meningkat melebihi 117 juta orang atau angka tepatnya 117.947.474 orang.
Serta penerima harian vaksin ke-3 bertambah 2.444 orang dengan kumulatifnya melebihi 1,3 juta orang atau 1.331.103 orang. Untuk target sasaran vaksinasi berada di angka 208.265.720 orang. Vaksinasi semakin digenjot terutama semenjak varian Delta membuat lonjakan kasus tembus lebih dari 55 ribu kasus sehari.
Booster Dimulai 12 Januari 2022
Begitu banyak varian Covid-19 yang bermunculan dari mulai Delta hingga Omicron, membuat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyetujui pemberian booster atau penguat atau dosis ketiga. Di Indonesia, booster diberikan mulai 12 Januari 2022 secara gratis.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan booster dilakukan gratis untuk masyarakat Indonesia berusia 18 tahun ke atas dan sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap atau 2 kali dosis suntik minimal 6 bulan lalu, Vaksin booster berasal dari kontrak pengadaan tahun lalu maupun juga ada tambahan stok vaksin yang signifikan baik dari kerja sama COVAX dan juga kerja sama bilateral. Kerja sama negara-negara dalam COVAX memberikan bantuan 30 persen dosis vaksin untuk 27 juta masyarakat Indonesia atau setara 54 juta dosis vaksin yang diterima total dari tahun lalu dan tahun ini.
Prioritas diberikan pada lansia dan kelompok rentan atau immunocompromised. Vaksinasi booster diberikan di puskesmas dan juga RSUD dan RS milik pemerintah.
Vaksin booster juga diberikan secara homolog dan heterolog. Vaksin booster homolog adalah vaksin yang sama dengan vaksin sebelumnya. Yaitu dosis ketiga sama dengan dosis satu dan dua. Misalnya, seseorang memakai Coronavac dari Sinovac untuk dosis 1 dan 2, lalu dosis 3 juga memakai Coronavac.
Sedangkan vaksin booster heterolog adalah booster yang berbeda dengan dua dosis awalnya. Jadi dua dosis sebelumnya berbeda dengan dosis ketiga. Misalnya dosis 1 dan 2 seseorang disuntik Coronavac dari Sinovac, lalu dosis 3 disuntik Pfizer atau Moderna.
Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menerbitkan surat edaran yang ditujukan kepada dinas kesehatan provinsi, kabupaten, dan direktur rumah sakit di Indonesia untuk melaksanakan vaksinasi booster.
Surat Edaran tersebut bernomor HK.02.02/II/252/2022 tentang Vaksinasi Covid-19 Dosis Lanjutan (Booster). Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan hasil studi menunjukkan telah terjadi penurunan antibodi pada 6 bulan setelah mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis primer lengkap, sehingga dibutuhkan pemberian dosis lanjutan atau booster untuk meningkatkan proteksi individu terutama pada kelompok masyarakat rentan.
Pelaksanaan vaksinasi booster bagi sasaran lansia dapat dilaksanakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota. Sementara sasaran non lansia dilaksanakan di kabupaten/kota yang sudah mencapai cakupan dosis 1 total minimal 70 persen dan cakupan dosis 1 lansia minimal 60 persen.
Calon penerima vaksin menunjukkan NIK dengan membawa KTP/KK. Bisa juga mendaftar melalui aplikasi Peduli Lindungi. Sedikitnya ada 5 jenis vaksin yang disetujui oleh BPOM sebagai booster.
1. Vaksin Coronavac Covid-19 biofarma
Adalah vaksin booster homolog. Dan akan diberikan 1 dosis setelah 6 bulan dari vaksinasi primer. Pemberian untuk usia 18 tahun ke atas. Berdasarkan pertimbangan disetujui karena tingkat keamanannya cenderung baik, dan sedikit kejadian tak diinginkan, reaksi efek samping lokal, nyeri dan demam tingkat keparahan 1-2. Imunogenisitas mampu meningkatkan titer antibodi 21-35 kali setelah 28 hari pemberian.
2. Pfizer
Adalah vaksin booster homolog dengan metode mRNA. Diberikan 1 dosis minimal setelah 6 bulan dari vaksinasi primer. Untuk usia 18 tahun ke atas. Data menunjukkan keamanan yang baik. Hanya efek samping lokal, nyeri, nyeri sendi, demam grade 1-2. Imunogenisitas meningkatkan titer antibodi sebesar 3,3 kali setelah 1 bulan.
3. Astrazeneca
Adalah vaksin booster homolog. Sifat efek samping ringan 55 persen dan sedang 37 persen. Imunogenisitas meningkatkan titer antibodi hingga 3,5 kali.
4. Moderna
Adalah vaksin homolog dan heterolog dengan metode mRNA. Lalu pemberian booster dengan dosis setengah dosis. Untuk vaksin heterolognya adalah jika seseorang itu sebelumnya sudah mendapatkan vaksin Pfizer, AstraZeneca, J&J dengan dosis setengah. Mampu menunjukkan 13 kali kenaikan titer antibodi setelah pemberian dosis booster subjek dewasa 18 tahun ke atas.
5. Zifivax
Adalah vaksin booster heterolog. Vaksin primernya adalah jika seseorang sudah disuntik vaksin Sinovac atau Sinoprahm, dosis 6 bulan ke atas. Terbukti meningkatkan titer antibodi lebih dari 30 kali setelah vaksin primer Sinovac atau Sinopharm.
Credit: Source link