JawaPos.com – Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (13/1) atau Sabtu (14/1) pagi WIB. Ini memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut didorong ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak USD 22,90 atau 1,21 persen menjadi ditutup pada USD 1.921,70 per ounce, setelah diperdagangkan mencapai puncak sesi di USD 1.925,30 dan terendah USD 1.895,10.
Emas berjangka ditutup di atas USD 1.900 pada Jumat (13/1) untuk pertama kalinya sejak akhir April, dan mengakhiri pekan ini dengan 2,8 persen lebih tinggi.
Emas berjangka terangkat USD 19,90 atau 1,06 persen menjadi USD 1.898,80 pada Kamis (12/1), setelah terkerek USD 2,40 atau 0,13 persen menjadi USD 1.878,90 pada Rabu (11/1), dan merosot USD 1,30 atau 0,07 persen menjadi USD 1.876,50 pada Selasa (10/1).
Data indeks harga konsumen Desember yang dirilis Kamis (12/1) mengonfirmasi bahwa inflasi AS berada di jalur menurun. Tetapi karena masih jauh untuk mencapai target inflasi Federal Reserve 2,0 persen, pasar memperkirakan bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat, kemungkinan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 1 Februari.
Emas telah menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut mendorong imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan jauh lebih tidak agresif dengan kenaikan suku bunga tahun ini dibandingkan tahun 2022, dan bahkan mungkin menyelesaikan pengetatan moneter jauh sebelum akhir tahun ini.
“Harga emas naik karena Wall Street semakin yakin bahwa Fed hampir selesai menaikkan suku bunga,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA. “Emas tanpa bunga menyukai penurunan imbal hasil obligasi dan itu dapat berlanjut ketika pendapatan datang lebih lemah dari perkiraan,” imbuhnya.
Moya mengatakan jika emas dapat ditutup dengan nyaman di atas level USD 1.900. Itu bisa menjadi sinyal yang sangat bullish untuk sisa bulan ini. Dia memperkirakan resistensi kuat di wilayah USD 1.950 untuk logam kuning.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (13/1) bahwa indeks harga impor AS naik 0,4 persen pada Desember setelah turun sebesar 0,7 persen yang direvisi pada November, mengejutkan para ekonom yang memperkirakan penurunan 0,8 persen.
Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan yang dirilis Jumat (13/1) naik menjadi 64,6 dalam survei awal Januari, pembacaan tertinggi sejak Januari 2022 dan naik 8,2 persen dari pembacaan Desember 59,7.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 36,8 sen atau 1,53 persen, menjadi menetap pada USD 24,372 per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir USD 11,8 atau 1,09 persen, menjadi ditutup pada USD 1.072,50 per ounce.
Credit: Source link