DENPASAR, BALIPOST.com – Pwmerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Penjabat (Pj.) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya tengah berfokus untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di Bali. Meskipun kemiskinan ekstrem di Bali terendah secara nasional, yaitu 0,54 %, namun pada tahun 2024 ditargetkan hingga 0 %. Mahendra Jaya pun meminta organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk lebih fokus memberikan bantuan kepada warga Bali yang masuk ke dalam kategori kemiskinan ekstrem.
Rektor Dwijendra University, Prof. Dr. Ir. Gede Sedana, M.Sc.,M.M.A., mengapresiasi langkah Pj Gubernur Mahendra Jaya yang langsung tancap gas membuat program untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di Bali. Program ini sejalan dengan program Pemerintah Pusat yang menargetkan Bali 0 % kemiskinan ekstrem. Pihaknya tidak memungkiri bahwa akhir-akhir ini muncul data dari BPS, dimana beberapa kabupaten di Bali tingkat kemiskinan ekstremnya masih terjadi.
Sehingga, memang harus segera ditindaklanjuti agar tingkat kemiskinan ekstrem di Bali mengalami peningkatan. “Saya selaku Rektor Dwijendra University menyambut baik (gebrakan yang dilakukan Pj. Gubernur,red). Memang harus kita dukung bersama-sama kebijakan Penjabat Gubernur Bali yang baru ini,” ujar Prof. Gede Sedana dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru “ Upaya Mengentaskan Kemiskinan Ekstrem di Bali”, di Warung Coffee 63 A Denpasar, Selasa (19/9).
Dijelaskan, ada beberapa sebutan untuk kemiskinan. Ada yang menyebut kemiskinan relatif, kemiskinan struktural, dan kemiskinan ekstrem. Terkait kemiskinan ekstrem, ia memaknai bahwa kemiskinan ekstrem yang dimaksud Pj Gubernur Bali adalah kemiskinan absolut.
Yaitu, penerimaan yang diperoleh atau yang didapat oleh masyarakat yang tergolong miskin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Terutama kebutuhan pangan. Sehingga, ini yang perlu dipangkas secara perlahan agar tidak mengganggu dan menghambat pembangunan ke depannya.
Rektor Universitas Warmadewa (Unwar), Prof. Dr. Ir. I Gde Suranaya Pandit, MP., mengatakan kemiskinan di Bali sejatinya berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yabg begitu pesat. Sebab, jika dibandingkan dengan beberapa ratus tahun yang lalu, tidak ada daerah di Bali yang miskin.
Bali pada saat itu dikenal kertha raharja jaya rigwarsa. Yaitu, Bali yang sudah sangat terpenuhi kebutuhan sandang dan pangannya, serta segala kebutuhannya. Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada beberapa hal yang menyebabkan manusia Bali tertinggal dibandingkan manusia lainnya diluar Bali.
Ketertinggalan ini salah satunya disebabkan karena manusia Bali tidak memiliki sarana prasarana dan tidak berdaya menghadapi kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi yang sangat pesat ini. Sehingga, manusia Bali tidak bisa bersaing dan berkompetisi di era yang serba maju seperti saat ini.
Oleh karena itu, Prof. Pandit sangat mendukung program Pj. Gubernur Mahendra Jaya untuk mengentaskan kemiskinan ekstrem di Bali. Terutama di daerah-daerah yang belum tersentuh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi, termasuk perkembangan pariwisata.
Bahkan, ada warga Bali yang terserang mal nutrisi karena kekurangan pangan. “Maka, upaya pengentasan kemiskinan oleh Pj. Gubernur ini sangat tepat, sangat baik. Dan kami mendukung melalui berbagai upaya. Salah satu upaya yang sudah dari dulu dilakukan membangun pertanian, perikanan, dan periwisata, serta membangkitkan UMKM,” tandas Prof. Pandit.
Pada kesempatan ini, Prof. Pandit juga mengapresiasi kebijakan Wayan Koster sebagai Gubernur Bali masa jabatan 2018-2023 yang telah membuat landasan dasar terkait konsep ekonomi kerthi Bali menuju Bali Era Baru. Dalam konsep ekonomi kerthi Bali ini, Bali tidak saja fokus pada pariwisata tetapi juga mengembangkan sektor-sektor ekonomi lainnya untuk kesejahteraan masyarakat Bali ke depan. Seperti, sektor pertanian dengan sistem pertanian organik, sektor kelautan/perikanan, sektor industri manufaktur dan industri berbasis budaya branding Bali, sektor industri kecil menengah (IKM), usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta koperasi; sektor ekonomi kreatif dan digital, dan sektor Pariwisata berbasis budaya, berkualitas dan bermartabat.
Tenaga Pendidik/Ketua Pandu Nusa Provinsi Bali, I Putu Widya Candra Prawartana, M.Pd., mengatakan kemiskinan ekstrem sangat erat kaitannya dengan pendidikan. Sebab, sejak lahir manusia sudah “menderita”. Sehingga, mengawali hidup dari titik nol. Untuk bisa meminimalisasi “penderitaan” sejak lahir ini, pendidikan sangat penting diberikan kepada setiap manusia. Apalagi, basis pendidikan saat ini lebih mengutamakan proses dibandingkan hasil.
Selain pendidikan, kesehatan juga sangat penting untuk mengentaskan kemiskinan. Cara untuk sehat, yaitu terpenuhinya kebutuhan fisik (sandang, pangan, dan papan), serta mental dan spiritual berjalan beriringan. “Program Pak Pj. Gubernur untuk mengentaskan kemiskinan kita dukung bersama, terutama di daerah-daerah yang termarjinalkan dengan membangkitkan kembali sendi-sendi atau muara-muara lapangan pekerjaan yang sudah tidak ada,” tandasnya. (Winatha/balipost)
Credit: Source link