JawaPos.com – Hampir seluruh lembaga internasional memiliki konsensus bahwa pertumbuhan ekonomi global tahun ini bakal melambat dibandingkan dengan tahun 2022. Bahkan, entitas swasta memproyeksikan lebih pesimistis dibanding lembaga multilateral. Ini mengindikasikan pasar lebih khawatir terhadap kondisi 2023.
PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Heliantopo mengatakan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi global tidak mungkin dihindari. “Namun, Indonesia lebih baik dibandingkan dengan kondisi negara lain karena dapat manfaat kenaikan harga komoditas energi, disamping manufaktur yang masih ekspansif, meski menunjukkan tren penurunan,” ucap Heliantopo dalam diskusi “Urban Forum Banking Property Outlook 2023” yang digelar daring pada Selasa (14/3).
Sebagai negara yang sudah masuk ke dalam negara kelas menengah, katanya, rasio KPR terhadap PDB di Indonesia masih sangat kecil, hanya mencapai 2,99 persen di tahun 2022. “Bandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 38,48 persen di tahun yang sama, atau India yang sudah mencapai 6,58 persen,” paparnya.
Menurutnya, tidak sedikit alokasi dana fiskal yang sudah disalurkan oleh pemerintah ke sektor perumahan. Dia mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih tinggi.Di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia masih tetap tumbuh, meski akan mengalami perlambatan.
Pandangan lain disampaikan Haryanto T. Budiman, Managing Director Consumer Banking BCA yang memyampaikan guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan kredit properti, pihaknya terus melakukan akselerasi kinerja dengan memanfaatkan teknologi digital.
“Kinerja Kredit Pemilikan Rumah (KPR) BCA tumbuh sangat baik. Sejak optimalisasi layanan melalui digital, portofolio KPR BCA meningkat signifikan dari Rp 52,949 triliun pada tahun 2013 dan di akhir 2022 mencapai Rp 108,299 triliun. Pemanfaatan digitalisasi mendorong portofolio KPR tumbuh dengan sehat dan dengan cepat,” kata Haryanto.
Menurutnya, pertumbuhan tersebut tidak lain adalah hasil dari proses digitaliasi yang terjadi. Dalam digitalisasi ini, ada tiga komponen yang terkait. Pertama, terkait dengan customer. Kedua adalah proses. Ketiga terkait dengan mitra-mitra penunjang.
“Digitalisasi telah membuahkan hasil yang sangat bermanfaat bagi BCA maupun bagi masyarakat,” katanya.
Ketua Umum Asosiasi Srikandi Developer dan Pengusaha Properti Indonesia (SRIDEPPI) Risma Gandhi mengatakan, untuk menjaga momentum pertumbuhan, di industri properti tentunya harus melihat apa yang harus dilakukan agar kondisi bisnis properti aman, terjaga, terkendali.
Ke depan, lanjut Risma, para developer akan mengalami kenaikan suku bunga, akan menghadapi susahnya user yang lolos di SLIK OJK, kemudian menghadapi rumah FLPP atau subsidi yang juga belum ada kenaikan harga. “Jadi masih mengacu pada harga lama. sedangkan harga membangun sebuah rumah itu sudah mengalami kenaikan yang signifikan,” ungkapnya.
Menurutnyam tiga isu sensitif yang dihadapi bisnis properti terutama untuk menjaga program rumah pemerintah berjalan dengan baik. “Tiga isu ini butuh campur tangan pemerintah, karena menyangkut keberlangsungan program FLPP,”ujar Risma.
Founder and CEO Epic Property M. Gali Ade Nofrans menjelaskan peluang industri properti di 2023. Antara lain, pembangunan infrastruktur transportasi masih menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga properti di Jabodetabek.
Ia pun berharap pemerintah memberikan insentif Pajak berupa Pelonggaran uang muka kredit pemilikan properti hingga nol persen serta Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga sebesar 50 persen.
“Selain itu pemerintah pun diharapkan memberikan kemudahan Perijinan Proses Transaksi & Sosialisasi, serta dari sektor perbankan diharapkan ada promo bunga KPR dengan kemudahan skema bayar, khususnya promo bunga KPR, dapat memacu peningkatan transaksi yang terjadi di industri properti,” pungkas Nofrans.
Editor : Mohamad Nur Asikin
Reporter : R. Nurul Fitriana Putri
Credit: Source link