DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi COVID-19 yang berkepanjangan membuat semua sektor kehidupan terganggu. Ekonomi nasional juga terganggu karena Indonesia sudah berada di ambang pintu gerbang resesi.
Apalagi Bali yang mengandalkan sektor pariwisata yang kini terpuruk. Juga membawa ancaman baru berupa makin derasnya gelombang PHK, angka pengangguran meningkat dan kian banyaknya keluarga miskin.
Salah satu dampak resesi yang paling esensial yakni meningkatnya angka pengangguran. Di Bali diprediksi penyumbang angka pengangguran terbanyak dari lulusan SMK dan Perguruan Tinggi (PT).
Hal ini dilandasi secara empirik bahwa di masa pandemi ini semua sektor industri macet. Bahkan untuk Praktik Kerja Lapangan (PKL) saja siswa SMK tak bisa, khususnya di sektor pariwisata.
Sesuai catatan Bali Post jumlah siswa SMA dan SMK yang tamat tahun 2019 adalah 61.658 orang, dari jumlah itu 32.22 lulusan SMK. Mereka kewalahan bekerja pada orang lain, hanya 10-20 persen bekerja mandiri dan 40 persen melanjutkan studi.
Kedua, dari 51 PTN dan PTS di Bali, di masa pandemi ini diprediksi memproduksi hampir 25.000 sarjana dengan asumsi tiap PT meluluskan 500 sarjana. Bahkan ada sejumah PTN dan PTS besar menamatkan 1.500-1.900 sarjana.
Misalnya Unud sekitr 1.900 S-1 dalam tiga kali wisuda, Undiksha 1.200 S-1, Unwar menamatkan 1. 880 sarjana, Unmas mencapai 1.700 sarjana, Univ. Mahadewa Indonesia (550 sarjana) plus program akademi dan lainnya diperkirakan melebihi angka 25.000.
Dalam kondisi pandemi, mereka diprediksi sangat kesulitan mencari pekerjaan. Hanya 20 persen yang sudah bekerja alias mandiri.
Ketua YPLP PGRI Kota Denpasar yang juga Ketua MKKS SMK PGRI Denpasar, Drs. I Nengah Madiadnyana, M.M., Jumat (25/9) membenarkan lulusan SMK bidang pariwisata saat pandemi ini tak bisa berkutik. Teori BMW alias bekerja, melanjutkan, dan wirausaha tak bisa diterapkan.
Alasannya nyaris semua sektor pariwisata tak merekrut SDM baru bahkan cenderung mengurangi. Makanya dia tak marah jika lulusan SMK ikut menyumbang angka pengangguran di Bali.
Strategi yang perlu dilakukan SMK ke depan, kata dia, dua hal. Pertama memperkuat jiwa kewirausahaan agar mereka terlatih bekerja mandiri. Kedua, lulusan SMK tak boleh pilih-pilih pekerjaan.
Kepala SMK PGRI 2 Denpasar, Drs. I Wayan Ginastra, M.M., mengatakan semua lulusan SMK menganggur saat pandemi karena tergantung pada prodi keahlian yang dimiliki. Dia mencontohan lulusan SMK PGRI 2 Denpasar Prodi Akuntansi, Pemasaran dan Administrasi Perkantoran tetap bisa PKL di dunia industri dan banyak diterima menjadi pegawai swalayan, toko dan akunting.
Hanya saja tak ada lagi dunia industri sampai melamar lulusannya ke sekolah. ‘”Jadi tak semua SMK sulit mencari kerja, tergantung prodinya,” tegas Ginastra.
Di bidang pendidikan tinggi, sejumlah rektor yang dihubungi membantah kalau lulusan PT mendominasi angka pengangguran. Rektor Unwar, Prof. dr. Dewa Putu Widjana, DAP&E.,Sp.ParK., menegaskan para lulusan ini diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Apalagi, lulusan ini juga dibekali dengan jiwa kewirausahaan. “Kami sadari di masa pandemi ini sangat sulit mencari pekerjaan, namun kami arahkan lulusan kami untuk berkreativitas secara kreatif dan inovatif. Sehingga, lulusan kami tidak hanya sebagai pencari kerja, namun mampu menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Dikatakan, dari hasil evaluasi lulusan yang dilakukan secara berkala (dari Tracer study yang terakhir) sebanyak 97,74% lulusan sudah bekerja. Bahkan, masa tunggu untuk mendapatkan pekerjaan selama 3,54 bulan.
Sementara itu, untuk kinerja lulusan yang penilaiannya dilakukan oleh pengguna, 91,28% mempunyai kinerja baik dan sangat baik.
Rektor Univ. Mahadewa University, Dr. I Made Suarta, S.H.,M.Hum., juga mengakui sebagian besar sarjana yang diwisuda sudah bekerja. Tidak hanya dalam tataran keguruan namun juga sektor lain.
Seperti berkelompok membuat koperasi karena setiap insan Universitas Mahadewa Indonesia telah dibekali ilmu kewirausahaan. Untuk itu dia minta lulusannya proaktif mengikuti sikon sambil mencari peluang.
Selanjutnya ciptakan lapangan kerja dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki seperti menguasai bahasa asing, TI, bisnis digital, dan lainnya. Kedua, jangan pilih-pilih pekerjaan sebab lulusan keguruan bisa sukses di bisnis laundry adalah sebuah kebanggaan. (Sueca/Winatha/balipost)
Credit: Source link