Dito Ganinduto
Jakarta, Jurnas.com – Ketua Bidang Pengawasan Pembangunan DPP Partai Golkar, Dito Ganinduto, menilai kepemimpinan Airlangga Hartarto sebagai Ketum Partai Golkar sangat moncer, bahkan bila dibandingkan dengan masa kepemimpinan Jusuf Kalla maupun Aburizal Bakrie.
“Dari tahun 2004 suara kita Golkar kan turun terus. Malah turunnya setiap periode ketika pak JK dan Pak ARB itu di atas 2 persen, bahkan 2,7 sekian. Tapi Pak Airlangga turunnya cuma 1,7 persen,” jelas Dito dalam Alinea Forum bertema “Berebut Kursi Pemimpin Partai Beringin” di Warung Tjikini Lima, Menteng, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Ia menegaskan, awal kepemimpinan Airlangga selama ini penuh dengan tantangan dan cobaan. Bahkan pada awal memimpin terjadi turbulensi suara Golkar yang diprediksi jeblok.
“Ya kan ada kasus masalah Ketua Umum yang lama (Setya Novanto), perjalan tinggal sedikit lagi pemilihan umum ada lagi kasus hukum. Ini yanv membuat terjadinya turbulensi,” tegasnya.
Namun dengan gaya kepemimpinan Airlangga, Dito menilai Golkar bisa bangkit bahkan mencapai urutan kedua. Padahal sebelumnya Golkar diprediksi hanya di urutan ke-4. Di bawah Gerindra dan PKB.
“Suara Golkar awalnya diprediksi jeblok di bawah 6 persen. Itu yang disampaikan presiden saat itu, karena waktu itu saya juga hadir. Kalau 6 persen kan cuma 40 kursi, tapi ini kita dapat 85 kursi,” tegas Dito.
Jumlah 85 kursi ini, lanjut Dito, memang berkurang, namun Golkar menjadi urutan yang kedua pemenang lemilu. Bisa dibayangkan, jika pada Januari tidak ada turbulensi, bisa lebih banyak lagi.
TAGS : Kepemimpinan Airlangga Partai Golkar
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin