BANGLI, BALIPOST.com – Dupa menjadi salah satu sarana utama yang digunakan umat Hindu dalam melaksanakan persembahyangan. Dalam sastra, dupa yang digunakan sebaiknya tidak sekadar wangi dan menyala. Harus mengandung bahan-bahan yang baik karena digunakan untuk pemujaan.
Hal inilah yang selalu diperhatikan Jero Mangku Eko Astana, pengusaha dupa Dubali1. Lalu apakah yang memotivasi Jero Mangku Eko Astana, sehingga kemudian menekuni pembuatan dupa Dubali1 itu?
Pria asal Desa Jehem, Tembuku itu sudah menekuni usaha pembuatan dupa sejak tahun 2000-an. Ia mulai mengawali usahanya setelah ditunjuk menjadi pemangku di usia muda.
“Saya bingung kerja apa yang bisa saya kerjakan sambil ngayah. Dari sana saya berdoa dan kemudian terinspirasi membuat dupa,” ungkap Jero Mangku Astana ditemui Bali Post di pabrik dupa milikya di Desa Jehem, Tembuku, Senin (17/1).
Agar bisa membuat dupa yang baik untuk persembahan, ia pun mengumpulkan sumber-sumber sastra yang berhubungan tentang pemujaan menggunakan api dalam hal ini dupa. Dari berbagai literatur yang berhasil dikumpulkan, ia kemudian belajar dan berhasil menemukan formula dupa yang tepat.
“Dalam sastra saya temukan ternyata dupa tidak sekadar wangi dan menyala. Dalam sastra disebutkan dupa itu harus mengandung beberapa bahan atau unsur yang baik karena digunakan untuk pemujaan kepada Ida Hyang Widhi Wasa,” terangnya.
Dia mencontohkan dalam kidung warga sari disebutkan bahan seperti kemenyan, cendana dan majegau yang baik untuk pemujaan. Dalam sastra lainnya, ia juga menemukan dupa itu harus mengandung unsur laut, kayu, akar dan bunga.
“Dari sumber itu, saya kemudian belajar membuat dupa secara otodidak,” ujarnya.
Sekitar tahun 2003 ia pun akhirnya membuat brand Dubali1 untuk produk dupa buatannya. Nama Dubali1 dipilih dipakai karena dupa produksinya dibuat berdasarkan sastra Hindu Bali.
Selama memproduksi dupa Dubali1, dirinya selalu memastikan bahan yang digunakan itu alami. Ia menyebut hampir 90 persen bahan baku yang dipakai merupakan lokal Bali. “Hanya kemenyan yang kami datangkan dari luar,” ujarnya.
Dupa Dubali1 selama ini juga diproses dengan mengutamakan kesucian. Jero Mangku Astana mengatakan untuk menjamin keaslian dan kesucian bahan yang digunakan, ia berusaha semaksimal mungkin mengolah bahan baku dari nol hingga jadi. Karyawannya yang sedang cuntaka karena datang bulan atau ada kematian, tidak diperbolehkan mengerjakan pembuatan dupa. Sebelum bekerja ia dan karyawannya juga sembahyang terlebih dahulu. “Kami berupaya agar mampu memberikan yang terbaik kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan juga kepada umat,” jelasnya.
Keunikan dari dupa Dubali1 produksi Jero Mangku Astana itu, terletak dari proses pembuatannya. Khusus dupa basah dikerjakan dengan cara tradisional yakni digiling dengan tangan. Dengan seratus orang karyawan, dalam sehari ia mampu memproduksi sekitar 20 ribu batang dupa basah. Ada juga dupa kering yang diproduksi hingga ratusan kilogram dalam sehari. Dupa Dubali1 selama ini telah dipasarkan ke hampir seluruh daerah di Bali dengan berbagai ragam kemasan dan harga.
Produk dupa Dubali1 yang diproduksi Jero Mangku Astana tak hanya diminati umat di Bali, namun juga luar Bali. Selain secara langsung, Jero Mangku Astana mengaku memanfaatkan social media untuk memasarkan produknya itu. Ia punya tim khusus untuk bekerja memasarkan dupa Dubali1 secara online.
Sama seperti sebagian besar pengusaha lainnya, Jero Mangku Astana pun merasakan efek pandemi Covid-19 yang berlangsung selama dua tahun terakhir. Meski demikian ia tetap bersyukur dan berterimakasih kepada umat masih mencintai produk Dubali1. Menurutnya dengan membeli produk lokal Bali secara tidak langsung juga membantu menguatkan dan mengajegkan perekonomian Bali.
“Kami atas nama pribadi dan seluruh karyawan mengucapkan terima kasih atas perhatian Bali Post memberikan penghargaan atas usaha kami menciptakan produk untuk kebutuhan umat se-Dharma,” kata Jero Mangku Astana. (Dayu Swasrina/balipost)
Credit: Source link