GIANYAR, BALIPOST.com – Dalam kondisi yang penuh tantangan seperti saat ini, roda perekonomian harus terus bergerak namun dengan tetap mematuhi dan mengedepankan protokol kesehatan tentunya. Gojek bersama Yayasan Bina Wisata Ubud menandatangani Perjanjian Kerja Sama terkait Pemanfaatan Layanan Aplikasi Gojek dalam Pengembangan Kawasan Ubud, Jumat (18/2).
Kerjasama ini dilakukan oleh Gede Manggala, Head of Indonesia Regional Gojek dengan Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati, Ketua Yayasan Bina Wisata Ubud di Museum Puri Lukisan Ubud. Dalam kerjasama ini, Gojek membuka pendaftaran mitra GoRide dengan lokasi, titik jemput, dan proses operasional yang telah disepakati dengan pihak yayasan.
Di samping itu, untuk mendukung pengembangan UMKM, Gojek turut mendukung Pengembangan Kewirausahaan Terpadu bagi pengembangan potensi keterampilan dan kemandirian berusaha secara kolaboratif. Gojek menghadirkan rangkaian kegiatan, mulai dari onboarding, sampai pelatihan dan pembinaan usaha. Diharapkan melalui program ini, para peserta dapat bergabung sebagai mitra di ekosistem GoFood dan memiliki pengetahuan yang baik untuk mengembangkan usahanya.
Manggala mengatakan pihaknya sangat senang dapat menjalin sinergi dengan Yayasan Bina Wisata Ubud pada hari ini. “Dalam salah satu misi sosialnya, yayasan memberikan layanan transportasi di bidang kepariwisataan di Ubud khususnya dan Bali pada umumnya,” jelasnya.
Dalam aspek transportasi inilah, salah satu titik temu tersebut terjadi dan Gojek menjadi layanan online pertama yang dapat beraktivitas secara resmi di Kawasan Ubud. Gojek memiliki ekosistem yang lengkap, baik transportasi, layanan pesan antar makanan atau yang lebih dikenal dengan GoFood, logistik, dan sebagainya. “Di samping itu kami juga memiliki digital payment, salah satunya GoPay yang menjadi bagian dari GoTo Financial serta Tokopedia dimana ketiganya menjadi bagian dari GoTo,” jelas Manggala.
Lebih lanjut ia menambahkan dengan beragam produk dan layanan tersebut, diharap dapat memberikan dukungan yang optimal terhadap mobilitas dan pengembangan UMKM bagi masyarakat Bali, khususnya di wilayah Ubud ini.
Sementara itu, Tjokorda Gde Bayuputra Sukawati mengatakan jika berbicara dalam konteks teknologi bisa dikatakan bahwa Ubud berada dalam model konservatif. “Kita akui banyak terjadi resistensi. Namun kita tidak boleh diam, sehingga melalui kerjasama ini kami berharap model konservatif ini dapat kita ubah menjadi model yang inovatif,” tegasnya.
Ia meyakini kerjasama ini merupakan langkah yang tepat terhadap masa depan Ubud yang lebih baik. “Dari sudut pandang customer atau turis kita mengetahui bahwa ketika kita berbicara dunia usaha semuanya adalah market driven. Jadi market sudah mengetahui apa yang mereka inginkan. Mereka datang ke Bali sudah tahu, harus kemana dan apa yang mereka akan cari sehingga yang mereka perlukan adalah layanan transportasi yang efisien, cepat dan tepat,” jelas Tjok Tra.
Lebih lanjut ia menegaskan jika berpikir dalam konteks pelayanan, the best service is no service. “Jadi pada intinya ketika kita bisa memberikan suatu layanan yang lengkap dan mudah, kita mampu membuat mereka merasa seakan tidak lagi membutuhkan layanan secara khusus. Di sanalah ketangguhan sebuah produk akan bisa dibuktikan,” paparnya.
Lanjut Tjok Tra, pihaknya memohon dukungan para pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat. “Ketiga pilar ini harus bisa kita sinergikan sehingga ketika kita berbicara tentang kawasan, bisa bergerak bersama-sama. Kami berharap, Tuhan YME, Sang Hyang Widhi selalu memberikan kesehatan dan semangat karena kalau kita mau berusaha pasti ada jalan,” tutup Tjok Tra. (kmb/balipost)
Credit: Source link