JawaPos.com – Sepanjang 2020, dunia diselimuti berbagai kecemasan imbas mewabahnya virus Covid-19. Pandemi tersebut bukan hanya merusak tubuh manusia, namun juga segala aspek tatanan kehidupan. Virus mematikan itu membuat orang takut keluar rumah, hingga roda perekonomian ikut terganggu.
Ketidakpastian ekonomi membuat para investor takut menyimpan dananya pada aset berisiko tinggi. Sehingga, tahun ini emas menjadi primadona bahkan pergerakannya menorehkan level tertinggi.
Pada pertengahan tahun, harga emas untuk pertama kalinya tembus Rp 1 juta tepatnya menyentuh harga Rp 1.022.000 per gram. Meroket Rp 25.000 per gram dari harga sehari sebelumnya, di level Rp 997.000 per gram. Logam mulia ini bahkan sempat mencetak rekor termahal sepanjang sejarah pada harga Rp 1.065.000 per gram.
Kenaikan tersebut didorong oleh kecemasan terhadap pandemi Covid-19 yang berpotensi menggerogoti bisnis perusahaan. Sebab, pemerintah di seluruh dunia termasuk Indonesia mengeluarkan berbagai kebijakan luar biasa dalam menekan angka penularan kasus.
baca juga: Emas Antam Cetak Rekor, Naik Rp 25.000 Tembus Rp 1 Juta per Gram
Jika melihat perjalanan investasi emas sepanjang tahun ini, pada awal Januari 2020 harga emas Antam masih berada pada kisaran Rp 771.000 per gram. Namun, hanya dalam beberapa hari kenaikan terus berlanjut hingga di level Rp 808 ribu per gram pada 8 Januari 2020.
Pada bulan berikutnya, yaitu Februari 2020, harga si logam kuning terus naik hingga 9 Maret 2020 di level Rp 860 ribu per gram. Setelah mencapai puncak tersebut, pergerakan harga emas sempat mereda dan turun ke level Rp 810 ribu per gram pada 17 Maret 2020.
Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menyebut, keuntungan investasi emas dalam jangka pendek saat itu terbilang luar biasa, karena kebetulan adanya kasus Covid-19 yang turut menggerogoti perekonomian global. “Kalau sekarang kebetulan kenaikan cukup tinggi jadi orang yang membeli sekarang dapat profit cukup tinggi. Tapi, sebaiknya setahun dua tahunan lah, karena ada gap antara buyback dan harga beli,” ujarnya kepada JawaPos.com.
Pada awal April 2020, harga emas batangan kembali naik hingga level Rp 972 ribu per gram pada 7 April 2020. Namun, harga emas turun lagi karena aksi ambil untung hingga ke level Rp 876 ribu per gram pada 8 Juni 2020.
Sejak pertengahan tahun tersebut, secara perlahan tapi pasti harga emas mulai kembali merangkak naik tanpa ada penurunan. Sepanjang Juli, harga emas tercatat melonjak 11 persen. Kenaikan bulanan itu merupakan yang terbesar sejak 2012, menyusul penurunan dolar Amerika Serikat dan rekor rendahnya imbal hasil riil AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, kenaikan harga emas memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar 0,05 persen untuk indeks harga konsumen atau IHK pada Juli 2020. Komoditas ini tercatat mengalami kenaikan harga di 80 kota IHK di Indonesia dan memberikan andil terhadap inflasi kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,06 persen.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, masing-masing kota mengalami kenaikan harga sebesar 9 persen. Melonjaknya harga ini pun mendorong terjadinya inflasi inti sebesar 0,16 persen.
“Kenaikan tertinggi di Bungo, Tarakan, Medan, dan Padang,” ucapnya 3 Agustus 2020.
baca juga: Di Empat Kota ini, Harga Emas Perhiasan Naik Paling Tinggi
Seiring dengan optimisme terhadap vaksin Covid-19, pergerakan harga emas kian merosot dari menembus di atas Rp 1 juta, lalu fluktuatif hingga berada di kisaran Rp 900 ribuan. Progres dalam pengembangan vaksin Covid-19 dan transisi Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden ke Gedung Putih mendongkrak sentimen risiko.
Ariston menyebut, penurunan logam mulia emas didorong optimisme keberhasilan vaksin, dimana saat ini sudah ada tiga produk perusahaan yang menyatakan bahwa pengembangan vaksin mreka berhasil. “Optimisme sentimen positif keberhasilan vaksin. Dari 3 produk perusahaan yg mengklaim vaksinnya berhasil. Pfizer, Modena, dan AstraZeneca,” ujarnya kepada JawaPos.com, Jumat (27/11).
Bahkan, Ariston menyebut bahwa harga emas dapat kembali ke posisi sebelumnya yang berada di kisaran Rp 800.000 an. “Ada potensi kesana sih. Tapi biasanya di kuartal pertama setiap tahun selalu naik. Kalau akhir tahun ada tekanan ke harga emas apalagi kalau vaksin jadi distribusi di awal Desember seperti pernyataan Fed,” ucapnya.
Ia menambahkan, investasi emas sebaiknya digunakan untuk jangka panjang selama beberapa tahun kedepan. Sebab, keuntungan dari investasi emas setidaknya baru bisa dipanen lumayan saat disimpan selama satu hingga dua tahun.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Romys Binekasri
Credit: Source link