JawaPos.com – Bagi yang setia mengikuti karya sutradara Timo Tjahjanto, tentu sudah paham bagaimana gaya sinemanya. Yakni, film yang seru, sadis, berdarah, seram, dan suram. Misalnya, film aksi The Night Comes for Us (2018) serta film horor seru Sebelum Iblis Menjemput (2018) dan Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2 (2020).
Kali ini, Timo mencoba keluar dari zona nyaman sambil tetap membawa ciri khasnya. Kamis (15/12), film aksi komedi orisinal Netflix, The Big 4, dirilis. Film yang diproduksi pada Desember tahun lalu itu berkisah tentang Dina (Putri Marino), seorang polwan yang ayahnya, Petrus (Budi Ros), dibunuh. Dalam rangka mencari pembunuh ayahnya, Dina pergi ke Pulau Bersi, ke Vila Paranais peninggalan Petrus.
Tanpa Dina ketahui, sang ayah rupanya punya empat anak angkat yang dilatih menjadi pembunuh para mafia serta penjahat. Mereka adalah Topan (Abimana Aryasatya), Alpha (Lutesha), Jenggo (Arie Kriting), dan Pelor (Kristo Immanuel). Keempatnya kini bertemu Dina di Pulau Bersi. Meski sempat bersitegang, lima orang tersebut harus bekerja sama mencari pembunuh ayah mereka.
Dalam jumpa pers Kamis (15/12) siang di The Dharmawangsa Hotel, Jakarta Selatan, Timo menjelaskan bahwa dia ingin membuat film yang lebih cerah dan memberi harapan. ’’Yang kekeluargaan, hangat, lucu, tapi tetap dengan gaya gue,’’ ujar sutradara yang akan menggarap adaptasi Hollywood Train to Busan itu.
Nilai kekeluargaan ditampilkan Timo lewat Dina dan anggota The Big 4 alias empat anak angkat Petrus. Meski latar belakang dan kompas moral mereka berbeda, mereka merupakan hasil didikan ayah yang sama. Kecintaan mereka pada Petrus akhirnya membuat lima orang tersebut harus saling peduli dan menolong di Pulau Bersi yang sudah dikepung penjahat.
Dalam upaya mencari pembunuh Petrus itulah, Timo memasukkan aksi berdarah, perkelahian, ledakan, tembakan, intrik, dan potongan tubuh yang tercecer. Hampir semuanya terjadi dengan latar tempat berpemandangan indah seperti pantai dan desa nelayan. ’’Ini bisa dibilang reuni keluarga paling eksplosif dari Timo,’’ ujar Rusli Eddy, content lead Netflix Indonesia.
Aksi yang sadis dan ledakan bom diselingi dengan dialog-dialog serta adegan yang hangat. Misalnya, ketika Dina mencoba berekonsiliasi dengan Alpha, yang sempat cekcok dengannya karena beda prinsip. Atau, ketika Dina teringat memori masa kecil dengan sang ayah saat berada di pantai.
Unsur komedi muncul dari karakter komikal Topan, Jenggo, dan Pelor. Cara mereka menanggapi dialog karakter lain atau kondisi sekelilingnya cukup sering bikin ketawa meski ada juga yang terasa garing. ’’Saya juga masukkan umpatan bahasa daerah Indonesia untuk ekspresi emosi. Buat saya, ketika umpatan bahasa daerah diucapkan, kedengarannya malah lucu lho,’’ jelas Timo.
Sementara itu, bagi Putri, The Big 4 juga merupakan hal baru. Untuk kali pertama, aktris peraih dua Piala Citra Festival Film Indonesia itu terlibat dalam film aksi. Bukan sebagai sosok yang pasif, melainkan sosok tangguh yang berkelahi dan menembak penjahat dengan senjata api. ’’Kalau untuk senjata, saya banyak nanya ke Pak Timo dan juga tim soal cara pegang dan posisi badan,’’ kata Putri.
Untuk mendalami perannya, Putri beserta cast lain menjalani workshop selama tiga bulan. Setiap Senin sampai Sabtu pukul 09.00 hingga pukul 17.00, mereka harus latihan bela diri dan koreografinya. ’’Terus juga lari beberapa putaran sama guling-guling di lantai. Habis hari pertama latihan, saya nggak bisa makan,’’ kenang Putri soal sesi latihannya.
Hingga tadi malam (18/12), The Big 4 sukses menduduki peringkat pertama Top 10 film Netflix di Indonesia. Bahkan, film yang juga dibintangi Marthino Lio dan Donny Damara itu juga berhasil masuk jajaran Top 10 film Netflix di beberapa negara seperti Brasil, Thailand, Filipina, Hongkong, Singapura, dan Paraguay.
TENTANG BIG 4
• Syuting dilakukan di Jakarta dan Bali.
• Timo sengaja memasukkan berbagai sentuhan budaya dan ornamen Indonesia Timur di latar Pulau Bersi. ’’Saya mau nunjukkin, Indonesia itu nggak cuma Jawa. Orang-orangnya pun nggak melulu kulit terang,’’ ujar Timo.
• Beberapa setting seperti vila, gubuk Jenggo, dan kampung nelayan dibangun kru dari nol.
• Selain memperkuat adegan komedi, Arie dan Kristo turut memberi masukan bagi Timo dan cast lain terkait dialog dan cerita agar lebih kocak.
• Untuk perannya sebagai Antonio, sang antagonis utama Marthino Lio mengambil inspirasi dari Jack Sparrow dari Pirates of the Caribbean dan Joker di The Dark Knight.
• Supaya lebih meledak-ledak seperti alpha, Lutesha yang mengaku introver sampai dipanas-panasi oleh Timo. ’’Saya baru sadar, pas syuting tangan saya sampai gemetar. Mungkin adrenalin saya terpacu,’’ kata Lutesha.
Credit: Source link