DENPASAR, BALIPOST.com – Posisi anak muda sangat strategis dalam kepemimpinan Indonesia ke depan. Untuk itu, anak muda Hindu diingatkan tidak “emoh” berpolitik. Demikian dikemukakan Koordinator Staf Khusus Presiden, A.A.G.N Ari Dwipayana dalam acara Pakemnas X yang dilaksanakan secara Daring oleh Dewan Pimpinan Nasional Perhimpunan Pemuda Hindu (DPN Peradah) Indonesia, Minggu (30/5).
Ia mengatakan generasi muda Hindu yang tergabung dalam Peradah Indonesia, harus mempersiapkan diri terhadap ujian kepemimpinan, dalam situasi normal maupun krisis. Apalagi Ari melihat munculnya fenomena apatisme politik di kalangan anak muda.
Muncul persepsi di kalangan anak muda bahwa politik itu kotor hanya ajang konstestasi saja dan hanya perebutan kekuasaan semata. Padahal dalam kehidupan sehari-hari, anak muda tidak berada dalam ruang vakum politik. “Anak muda tidak bisa menghindar dari politik. Karena itu, anak muda sangat penting membangun budaya politik baru,” ujarnya dalam rilis yang diterima.
Berdasarkan hasil survei BPS tahun 2020, sebanyak 27,94 persen dari total penduduk Indonesia sebesar 270,20 juta jiwa adalah bagian dari Gen-Z. Ada 25,87 persen yang merupakan milenial dan 21,88 persen Gen-X. Angka itu akan terus bertambah sejalan dengan puncak bonus demografi pada 2025-2035.
Dengan jumlah yang semakin besar maka anak muda akan menjadi penentu dalam momen-momen politik.
Pakemnas X Peradah Indonesia dilaksanakan dua hari, Sabtu (29/5) dan Minggu (30/5) di Jakarta. Pelaksanaannya dibuka oleh Menteri Agama Republik Indonesia, Yoqut Cholil Qoumas pada Sabtu (29/5).
Selain menghadirkan Koordinator Staf Khusus Presiden RI, AA.GN Ari Dwipayana, juga menghadirkan beberapa pembicara. Yaitu Ketua umum PHDI Pusat, Wisnu Bawa Tenaya, Pimpinan Berdikari Lawfirm, Gede Pasek Suardika, Akademisi STAH DNJ Jakarta, N.G.A.K. Kurniasari dan ditutup secara resmi Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI, Bapak Tri Handoko Seto, pada Minggu (30/5).
Ari menekankan beberapa hal kepada peserta Pakemnas, yaitu mendorong aktivisme anak-anak muda Hindu untuk memperjuangkan nilai-nilai kewargaan, mewujudkan politik kerja atau politik karya, berani mengambil posisi keberpihakan, dan membangun budaya politik baru yang cerdas dan beradab.
Ari Dwipayana juga mengingatkan bahwa dalam menjalankan dharma negara (berbangsa dan bernegara) jangan sampai anak muda Hindu justru kehilangan rasa kemanusiaan. “Bahwa kita semua bersaudara. Karena seringkali perbedaan politik justru memunculkan konflik-kekerasan,” katanya mengingatkan. (kmb/balipost)
Credit: Source link