Pengunsi Rohingya meninggalkan kampung halamannya ke Bangladesh (Foto: Al jazeera)
Washington – Penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan, genosida masih terus berlangsung terhadap Muslim Rohingya yang mayoritas Muslim di Myanmar.
Selain itu, penyidik tersebut juga menyebutkan bahwa pemerintah semakin menunjukkan menunjukkan ketidak tertarik untuk membangun demokrasi yang berfungsi penuh di negara tersebut.
Marzuki Darusman, ketua misi pencarian fakta PBB di Myanmar, mengatakan, sekitar 250.000 hingga 400.000 warga Rohingya yang masih menetap setelah penindasan brutal tahun lalu masih mengalami penderitaan dan penindasan paling mengerikan.
“Kekejaman terus terjadi hari ini,” kata Darusman kepada wartawan saat bersiap untuk memberi penjelasan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi pada Rabu (24/10) waktu setempat.
“Ini adalah genosida yang sedang berlangsung di wilayah mayoritas Buddha itu,” tambahnya.
Setelah kejadian tahun lalu, Myanmar didesak untuk bertindak menyusul tindakan keras militer di negara bagian barat Rakhine yang mendorong sekitar 700.000 Rohingya menyeberangi perbatasan ke Bangladesh, di tengah tuduhan pemerkosaan massal, pembunuhan dan penyiksaan.
Pemerintah Myanmar menolak laporan PBB setebal 440 halaman mengenai tindakan keras itu, yang menyimpulkan, para pemimpin militer harus dituntut atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida.
“Penyelidikan PBB cacat, bias dan bermotif politik,” kata perwakilan dewan Myanmar saat itu.
Pengarahan Darusman kepada Dewan Keamanan mengundang keberatan dari enam dari 15 anggotanya termasuk China, yang merupakan tetangga dan sekutu Myanmar, dan Rusia. (Al jazeera)
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/42822/Genosida-Rohingya-Belum-Berakhir/