JawaPos.com – Dalam rangka upaya mitigasi dan peningkatan kesiapsiagaan bencana, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) melaksanakan Apel Kesiapsiagaan dan Simulasi Menghadapi Bencana Hidrometeorologi di Bumi Perkemahan dan Graha Wisata Pramuka (Buperta) Cibubur.
Apel yang diinisiasi Kemenko PMK bersama BNPB dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini dilaksanakan secara hybrid melibatkan 2500 peserta luring dan peserta daring, dari unsur kepala daerah 10 Provinsi dan 34 kabupaten/kota berpotensi rawan banjir dan longsor di Indonesia.
Menko PMK Muhadjir mengatakan, Indonesia merupakan daerah rawan bencana. Terbentang pada pertemuan lempeng tektonik, berada dalam Jalur Cincin Api Pasifik dan daerah cuaca ekstrem, sehingga rawan terhadap bencana alam di beberapa daerah/wilayah di indonesia.
Menurut data BNPB, sepanjang tahun 2022 telah terjadi sekitar 3.207 bencana, di mana 95 persen di antaranya disebabkan oleh bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, cuaca ekstrem, dan longsor.
“Kondisi ini tentunya menjadi bahan pemikiran kita (refleksi) bahwa masih diperlukan upaya yang lebih maksimal baik di tingkat nasional, daerah, hingga masyarakat,” kata Muhadjir.
Pada Oktober lalu, BNPB mencatat frekuensi rata-rata bencana yakni 70 kali per pekan. Bencana hidro metrologi basah merenggut korban jiwa tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya, yakni 50 orang.
Selain itu, BMKG memperkirakan secara umum wilayah Indonesia saat ini berada pada kategori curah hujan menengah hingga tinggi. “Kita harus terus siaga, karena potensi curah hujan tertinggi akan berlangsung dengan puncak pada bulan Desember 2022 hingga Januari 2023,” tuturnya.
Apel Kesiapsiagaan dan latihan simulasi bencana ini dinilai Muhadjir merupakan elemen yang sangat berperan penting untuk membangun kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
“Kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan momentum memperkuat kerja sama penanggulangan bencana antar institusi/organisasi, dengan mengkaji kemampuan peralatan penunjang peringatan dini, evakuasi serta tanggap darurat, meningkatkan kapasitas SDM dalam melaksanakan Standar Operasional Prosedur,” jelasnya.
Muhadjir menambahkan, tantangan kebencanaan ini juga menjadi topik penting dalam rangkaian acara G-20. Indonesia baru saja menjadi tuan rumah Forum Global Pengurangan Risiko Bencana atau the 7th Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 yang dihadiri 193 negara di Bali.
Sesuai misi besar GPDRR, kegiatan apel siaga dan simulasi menghadapi bencana metrohidrologi hari ini menjadi bagian dari ikhtiar ‘resiliensi berkelanjutan’ untuk meredam dampak kebencanaan secara kontinyu.
“Kita seharusnya terus meningkatkan kapasitas dalam upaya penanggulangan bencana. Bencana adalah urusan bersama. Untuk itu penanggulangan bencana bukan hanya menjadi tugas pemerintah semata namun memerlukan dukungan berbagai pihak seperti akademisi, dunia usaha, masyarakat, lembaga filantropi, dan media,” ungkap Muhadjir.
Editor : Banu Adikara
Reporter : Sabik Aji Taufan
Credit: Source link