Industri BJLAS Indonesia Diminta untuk Tingkatkan Daya Saing

JawaPos.com – Pasca meredanya kasus Covid-19 di Wuhan, kini perekonomian Tiongkok mulai bergerak positif. Situasi itu menjadi perhatian serius bagi industri lokal, terutama sektor baja. Khawatir proyek infrastruktur di dalam negeri diserbu baja impor.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Taufiek Bawazier, sebelumnya impor baja dari Tiongkok sempat menurun. Semua itu berkat upaya pengendalian impor dari pemerintah. Pengendalian itu karena produksi. “Penurunan impor ini diyakini berkontribusi kepada surplus neraca perdagangan Indonesia,” kata Taufiek Bawazier.

Sebelumnya dalam webinar terkait daya saing industri, Taufiek mengingatkan bahwa surplus neraca perdagangan itu perlu dipertahankan, supaya dapat menjaga suplai dan demand baja nasional. Apalagi rata-rata peningkatan kebutuhan nasional meningkat 5 persen per tahun. Peningkatan itu mampu dipenuhi oleh pasar industri baja nasional.

Berdasar data Kemenperin, pada periode Januari-April 2020 importasi produk besi dan baja mencapai 2 juta ton atau mengalami penurunan sebesar 14 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019 (y-o-y). Lantas penurunan itu berlanjut hingga Juni 2020.

Sebaliknya, setelah covid-19 mulai pulih di Tiongkok, perekonomian di negeri tiarai bambu mulai naik. Dari data BPS semester II Juli 2020, terdapat peningkatan angka impor Baja Lapis Aluminium Seng (BJLAS) sejak Juli 2020. Titik tertinggi terjadi Desember 2020, yakni sebesar 166 persen dibanding bulan sebelumnya.

Indonesia Zinc Alumunium Steel Industries (IZASI) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat, semenjak 2016 industri BJLAS dalam negeri mengalami cedera materiil. Contohnya, menurunnya kinerja finansial dan pemutusan hubungan kerja pegawai (PHK). Terjadinya PHK karena buntut dari serbuan impor.

Baca juga: Pelaku Industri Besi dan Baja Nasional Keluhkan Aturan Kemendag

Ketua Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) Bachrul Chairi mengatakan, industri manufaktur baja perlu mencapai kesetaraan area bermain (equal level playing field) untuk memberikan kesempatan industri BJLAS dalam negeri sembuh.

“Pemerintah perlu memberikan kesempatan industri baja dalam negeri untuk mampu merencanakan bisnis jangka panjang yang berpotensi adanya penambahan investasi,” tandasnya.

 

Saksikan video menarik berikut ini:

 


Credit: Source link