JawaPos.com – Indeks harga konsumen alias IHK belum pulih sepenuhnya setelah terdampak pandemi Covid-19. Kendati demikian, kenaikan permintaan selama Ramadan dan Idul Fitri berpengaruh besar terhadap inflasi Mei. Sementara itu, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mewaspadai utang luar negeri RI yang kian membengkak.
“Terjadi inflasi sebesar 0,32 persen karena kenaikan permintaan terasa sekali pada Mei ini. Terutama permintaan terkait makanan dan kebutuhan puasa serta hari raya,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Setianto kemarin (2/6). Secara tahunan, inflasi nasional mencapai 1,68 persen.
Dia menambahkan bahwa tingkat inflasi inti pada Mei sebesar 0,24 persen. Itu sudah melampaui kinerja tahun lalu yang angka inflasi intinya sekitar 0,06 persen. Baru kali ini tingkat inflasi inti lebih tinggi secara bulanan ketimbang kinerja tahun lalu.
Terpisah, Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana menyatakan bahwa kenaikan inflasi sejalan dengan kenaikan PMI Manufaktur Indonesia. Pemicunya masih tetap lonjakan permintaan domestik, terutama saat Ramadan dan Lebaran.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebutkan, inflasi Mei masih di bawah target. Bank sentral menargetkan inflasi tahunan pada kisaran 2–4 persen. Karena itu, BI akan menempuh kebijakan suku bunga rendah pada tahun ini.
“Tanda-tanda kenaikan inflasi mungkin baru tahun depan,” ungkapnya kemarin.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : (dee/han/c12/hep)
Credit: Source link