Inggris Alami Inflasi Tertinggi Sejak 1982, Bahan Makanan Pemicunya

Inggris Alami Inflasi Tertinggi Sejak 1982, Bahan Makanan Pemicunya

JawaPos.com – Biaya hidup di Inggris kian mencekik. Berdasar data yang dipublikasikan Kantor Statistik Nasional (ONS) Rabu, inflasi di negeri Ratu Elizabeth II tersebut mencapai 10,1 persen sepanjang bulan lalu. Itu merupakan level kenaikan tertinggi sejak 1982 atau 40 tahun lalu.

Melonjaknya harga bahan makanan yang mencapai 12,7 persen sejak Juli 2021 menjadi salah satu kontributor terbesar inflasi. Itu tertinggi sejak 14 tahun terakhir. Serikat pekerja di Inggris menyebut krisis biaya hidup saat ini sebagai mimpi buruk yang nyata.

ONS mengungkapkan, ada 11 kelas makanan dan minuman nonalkohol yang seluruhnya naik. Mulai roti, sereal, susu, keju, hingga telur. Yang paling tampak lonjakan harganya adalah keju cheddar dan yoghurt.

“Naiknya harga bensin dan solar, serta tarif angkutan udara, juga menjadi penyebab,” bunyi pernyataan ONS, seperti dikutip CNN.

Situasi itu memberi tekanan tersendiri bagi Bank of England. Awal bulan ini, mereka sudah menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin.

Itu adalah kenaikan tertinggi sejak 27 tahun lalu. Sangat mungkin kebijakan menaikkan suku bunga akan kembali dilakukan.

Kombinasi kenaikan harga pangan dan suku bunga membuat tanda-tanda Inggris memasuki resesi kian kuat. Terlebih, data yang dipublikasikan pekan lalu menunjukkan bahwa PDB Inggris turun 0,1 persen pada kuartal II tahun ini.

Kaum pekerja paling terdampak krisis tersebut. Data menunjukkan, kenaikan gaji pekerja pada April–Juni hanya 4,7 persen. Artinya, pendapatan rata-rata turun 3 persen setelah inflasi diperhitungkan. Itu adalah penurunan terbesar upah riil sejak ONS mulai mencatat lebih dari 20 tahun lalu.

“Situasinya menyedihkan bagi konsumen Inggris. Mereka ditekan dari semua sisi,” ujar Kallum Pickering, ekonom senior di Berenberg. Dia menilai kenaikan upah tidak cukup cepat untuk mengimbangi lonjakan inflasi.

Situasi itu hanya awal dari mimpi buruk. Sebab, inflasi diperkirakan akan lebih tinggi akhir tahun ini.

Salah satunya karena kenaikan tagihan energi yang mulai berlaku Oktober. Padahal, harga listrik telah naik 54 persen dan harga gas 95,7 persen dalam 12 bulan terakhir. Hal itu dipicu kenaikan harga minyak dunia dan invasi Rusia ke Ukraina.

Ekonom Citi Benjamin Nabarro memprediksi inflasi di Inggris akan mencapai 15 persen pada tiga bulan pertama 2023. Hal itu bisa dihindari jika pemerintah mengeluarkan kebijakan demi menurunkan harga barang.


Credit: Source link

Related Articles