BANGLI, BALIPOST.com – Harga cabai di pasar tradisional di Bangli terus meroket sejak beberapa bulan terakhir. Per kilogramnya harga cabai rawit saat ini tembus Rp 120 ribu.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli I Wayan Sarma mengatakan kenaikan harga cabai sudah terjadi sejak dua bulanan lalu. Kenaikannya bertahap. Tak hanya cabai rawit, cabai merah besar juga mengalami kenaikan harga.
Namun tidak sampai di angka ratusan ribu rupiah karena kebutuhan pasar tak sebanyak cabai rawit. Per kilogramnya harga cabai merah besar di pasar tradisional tembus Rp 40 ribu. “Cabai rawit tiga hari lalu Rp 110 ribu per kilonya. Kalau cabai merah besar tiga hari lalu Rp 30 ribu per kilogramnya. Jadi mengalami kenaikan Rp 10 ribu dibanding tiga hari lalu,” kata Sarma ditemui Senin (8/3).
Menurutnya penyebab naiknya harga cabai karena terjadinya ketidakseimbangan permintaan dan ketersediaan barang. Produksi cabai di petani menurun hingga 50 persen akibat dampak cuaca buruk. “Penurunannya sangat signifikan. Karena hujan banyak tanaman cabai kena penyakit antrak,” ujarnya.
Di Kabupaten Bangli, cabai selama ini banyak dihasilkan petani di Desa Terunyan, Songan, Bayung Gede, Abang Batudinding, Katung, Pinggan dan beberapa desa lainnya. Hasil produksi cabai petani di Bangli banyak juga dikirim ke wilayah Klungkung, Tabanan dan kabupaten lainnya.
Dari catatan Dinas PKP Bangli pada tahun 2020 lalu produksi cabai rawit di Kabupaten Bangli mencapai angka 28 ribu ton. Sedangkan cabai merah besar 10.188 ton. Di Provinsi Bali, Bangli menjadi kabupaten urutan pertama penghasil cabai merah besar. “Prosentasenya 73 persen lebih. Kalau cabai rawit urutan terbawah, hanya 1,13 persen,” jelas Sarma.
Menurutnya, harga cabai saat ini masih ada potensi mengalami kenaikan lagi. Apalagi jelang hari raya Nyepi dan Galungan. Tidak menutup kemungkinan selain cabai, harga kebutuhan pangan lainnya seperti bawang merah, telur ayam, daging ayam, daging babi juga akan naik. “Kalau asumsi penurunan harga kemungkinan mulai Mei. Karena bulan itu curah hujan sudah mulai turun, petani sudah mulai menanam kembali,” imbuhnya. (Dayu Swasriina/balipost)
Credit: Source link