JawaPos.com – Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara periode 2018-2020 Tjandra Yoga Aditama menaruh perhatian terhadap melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia. Khususnya keberadaan varian Delta (B.1.617.2) yang ditemukan di Kudus, Jawa Tengah. Merujuk laporan dari otoritas Inggris, kasus varian Delta di sana meningkat cukup cepat.
Tjandra yang juga guru besar Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, keberadaan Covid-19 varian Delta juga menjadi perhatian serius di Inggris. Public Health England atau otoritas kesehatan masyarakat di Inggris pada 11 Juni lalu melaporkan perkembangan varian Delta tersebut.
Otoritas Inggris menyampaikan bahwa lebih dari 90 persen kasus baru Covid-19 di sana adalah varian Delta. Seperti diketahui varian Delta bermula dari India. Fakta lainnya varian Delta di Inggris juga naik signifikan.
“Di Inggris sudah ada 42.323 kasus varian Delta. Naik 70 persen dari minggu sebelumnya atau naik 29.892 kasus,” kata Tjandra Selasa (15/6).
Pemerintah Indonesia juga perlu memantau perkembangan di Inggris. Karena keberadaan varian Delta di Indonesia juga sudah banyak ditemukan.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran UI Ari Fahrial Syam juga menyoroti keberadaan varian Delta di Indonesia. Dia mengatakan dalam empat pekan varian Delta di Indonesia meningkat 51,4 persen. “Gejala sakit pasien lebih berat dari virus sebelumnya,” katanya.
Diantaranya adalah meningkatkan risiko terjadinya hilang pendengaran. Kemudian memicu nyeri ulu hati dan mual. Dengan kondisi tersebut pasien perlu di rawat di RS. Pasien juga perlu tambahan oksigen. Ari menegaskan untuk mencegah tertular Covid-19, khususnya varian Delta tersebut, masyarakat harus disiplin menerapkan protokol kesehatan. Kemudian juga tetap melaksanakan vaksinasi Covid-19.
Baca Juga: Tak Terima Candaan Yasonna Soal AHY, Santoso Demokrat Ngomong Begini
Sementara itu kalangan tenaga medis juga menyampaikan dukungan terhadap upaya vaksinasi Covid-19 yang dijalankan pemerintah. Diantaranya disampaikan dokter spesialis penyakit dalam dari Siloam Hospitals Lippo Village dr Sandra Sinthya Langow Sp.PD. Menurutnya vaksinasi untuk masyarakat usia 18 tahun ke atas dapat mengurangi resiko gejala berat sampai kematian.
Sandra menegaskan, vaksinasi untuk kelompok pemuda atau 18 tahun ke atas perlu didukung masyarakat luas. Masyarakat bisa ikut dalam program vaksinasi pemerintah maupun vaksinasi Gotong Royong. Sehingga Indonesia bisa cepat mengejar target kekebalan kelompok atau herd immunity.
Menurutnya vaksinasi Covid-19 untuk usia lebih dari 18 tahun memiliki sejumlah manfaat. “Diantaranya terbukti vaksin mampu mengurangi gejala berat apabila yang bersangkutan terpapar Covid-19,” kata Sandra.
Manfaat berikutnya adalah resiko kematian akibat Covid-19 untuk masyarakat yang sudah menerima vaksinasi lebih rendah. Kemudian vaksinasi Covid-19 juga mampu menghambat kemampuan virus Corona untuk bermutasi. Kemampuan bermutasi pada virus adalah upaya untuk bertahan hidup.
Menurut Sandra, seseorang dapat menjadi kebal dengan cara pulih dari infeksi sebelumnya atau melalui vaksinasi. “Vaksin melatih sistem kekebalan tubuh untuk membuat protein melawan penyakit. Atau yang dikenal sebagai antibodi,” jelasnya.
Vaksin bekerja tanpa membuat sesorang menjadi sakit dan terinfeksi suatu virus. Untuk bisa mencapai kekebalan kelompok, sebagian besar populasi masyarakat perlu divaksinasi. Baik itu melalui vaksinasi yang dijalankan pemerintah maupun vaksinasi Covid-19 Gotong Royong.
“Hal yang paling efisien adalah vaksinasi Covid-19 pada kelompok anak muda dengan rentang usia 18 tahun ke atas,” jelasnya.
Editor : Dimas Ryandi
Reporter : Hilmi Setiawan
Credit: Source link