Pengamat pendidikan Indra Charismiadji (Foto: Muti/Jurnas)
Jakarta, Jurnas.com – Praktisi pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS), Indra Charismiadji menyarankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), supaya fokus menstimulasi guru penggerak.
Dia menuturkan, guru penggerak yang saat ini berjumlah 400 ribu atau 13,5 persen dari populasi 3 juta guru di Indonesia, dapat dibina untuk mampu menyiapkan generasi sumber daya manusia (SDM) unggul, serta contoh bagi guru lain dalam membuat perubahan.
“Jika tahun 2020 ini difokuskan untuk menyiapkan para pelatih guru penggerak, maka mulai tahun 2021 cukup melatih 100 ribu guru penggerak per tahun saja,” kata Indra kepada awak media pada Selasa (10/3) di Jakarta.
Jumlah ini, lanjut Indra, bila dibagi dengan 65 Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK) penyelenggara Pendidikan Profesi Guru (PPG), dan 35 pusat pelatih Kemdikbud yakni PPPPTK (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan) dan LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan), maka setiap tempat pelatihan cukup melatih 1.000 orang guru penggerak per tahun.
“Jumlah yang mudah dikelola dan hasilnya juga mudah dipertanggungjawabkan,” jelas Indra yang juga menjabat sebagai Diretur Pendidikan VOX Populi Institute Indonesia ini.
Mengutip Alvin Toffer, Indra mengatakan di abad ke-21 ini mereka yang disebut buta aksara tidak lagi hanya sekadar tidak mampu membaca dan menulis, melainkan mereka yang tidak mampu learn (belajar), unlearn (meninggalkan konsep lama), dan relearn (mengadopsi konsep baru).
Sementara untuk menjadi guru penggerak, tidak bisa disiapkan dalam konsep learn, tapi harus unlearn baru kemudian relearn.
“Lokakarya yang selama ini diberikan oleh Kemdikbud akan diterima dengan konsep unlearn, analoginya sama dengan mengisi sebuah gelas. Apabila gelasnya sudah penuh, maka apapun yang diisi hanya akan tumpah,” ujar dia.
Indra menambahkan, dewasa ini guru sudah penuh otaknya dengan konsep pendidikan lama, di mana guru menjadi satu-satunya sumber belajar dan pola pendidikannya didorong oleh pola manufaktur.
Karenanya, layaknya membuang isi di dalam gelas, para guru ini harus di-unlearn terlebih dahulu konsep pedagoginya. Dan proses ini membutuhkan waktu yang cukup panjang, karena berhubungan dengan kebiasaan.
“Proses unlearn membutuhkan waktu minimal enam bulan sampai 12 bulan. Setelah unlearn, proses relaern atau mengisi gelar dengan isi baru akan cepat sekali,” tandas dia.
TAGS : Indra Charismiadji Guru Penggerak Kemdikbud
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/68725/Kemdikbud-Disarankan-Fokus-Stimulus-Guru-Penggerak/