Jakarta, Jurnas.com – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menemukan bahwa hanya 13,2 persen lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang menerapkan pembelajaran daring penuh selama pelaksaan program Belajar dari Rumah.
Bahkan, kunjungan guru ke rumah peserta didik selama pandemi virus corona baru (Covid-19) juga tetap berlangsung, akibat keterbatasan akses internet di wilayah-wilayah tertentu.
“Hanya 13,2 persen dari mereka yang melaksanakan pembelajaran metode daring, lebih banyak yang melakukan penugasan melalui orang tua, atau mekanisme non-daring seperti SMS, telepon, dan WhatsApp,” terang Direktur PAUD Kemdikbud, Muhammad Hasbi dalam webinar `Wajah Baru PAUD di Indonesia pasca Pandemi Covid-19 (Sinergi Sekolah dan Keluarga)`, yang digelar oleh Prodi PG PAUD FKIP Uhamka, pada Sabtu (16/5).
Hasbi juga menyoroti kegiatan yang dipilih orang tua dan guru saat menerapkan pembelajaran dari rumah, masih berkisar pada kegiatan yang memerlukan kompetensi pedagogik minimal. Contohnya, praktik ibadah dan bermain.
“Kegiatan yang membutuhkan kreativitas, inovasi, dan berpikir belum menjadi pilihan yang diambil oleh ortu dan guru. Atinya kita memiliki masalah yang cukup besar dalam hal ini,” ujar Hasbi.
Hasbi mengakui bahwa saat ini hambatan utama dalam pelaksaan Belajar dari Rumah ialah keterbatasan infrastruktur internet. Bahkan masalah tersebut tidak hanya terjadi di desa, namun juga kota besar.
“Di sampung itu persoalan terkait keterbatasan sumber belajar online, dan keterbatasan biaya. Ini juga menjadi hambatan,” papar dia.
Sementara Wakil Ketua PPA Majelis Dikdasmen sekaligus dosen PG PAUD Uhamka, Chandrawaty mengatakan, guru PAUD saat ini tidak hanya dituntut aktif berkomunikasi dengan orang tua siswa, namun juga semakin melek teknologi digital.
Salah satu contohnya, guru PAUD harus mampu memanfaatkan mesin pencari di internet sebagai media pembelajaran, antara lain buku cerita elektronik, dan materi pembelajaran dalam bentuk musik, lagu, video, maupun film.
“Pengelola PAUD juga harus mendorong guru melek teknologi untuk kreatif memanfaatkan teknologi dalam membuat media pembelajaran, dengan memperhatikan tingkat usia anak. Hal ini bisa dilakukan oleh guru yang tidak malas,” kata Chandrawaty.
Bagaimanapun, lanjut Chandrawaty, PAUD merupakan tempat kelahiran para generasi bangsa. Karenanya, jenjang tersebut harus dikelola sebaik mungkin, untuk menyiapkan para generasi emas.
“Perlu menyiapkan pendidik dan generasi terdidik dengan soft skill dan hard skill yang mumpuni, tidak hanya berdimensi keahlian, tapi juga kemanusiaan bahkan keilmu-teknologian,” tandas dia.
TAGS : Belajar dari Rumah Kemdikbud Muhammad Hasbi FKIP Uhamka
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/72409/Kemdikbud-Hanya-132-Persen-PAUD-Terapkan-Belajar-Daring/