JawaPos.com – Rangkaian pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Sofia Gudono mencapai hari akhir kemarin (11/12). Gempita pesta rakyat sangat terasa di jantung Kota Solo. Momen car free day dimanfaatkan putra ketiga Presiden Jokowi itu untuk mengadakan kirab kereta kencana dari Loji Gandrung menuju lokasi resepsi di Pura Mangkunegaran.
Animo masyarakat terlihat begitu tinggi. Sejak pukul 06.00 warga sudah ambil posisi strategis di sekitar Loji Gandrung agar bisa melihat langsung Jokowi dan keluarga. Di rumah dinas wali kota Solo tersebut, Kaesang-Erina menjalani tradisi ngunduh mantu dengan rangkaian pembuka pasrah panampi boyong temanten tepat pukul 07.30.
Dengan mengenakan rias Solo putri dan pakaian dodotan, Erina dan Kaesang terlihat lebih santai dan menikmati jalannya prosesi. Presiden Jokowi mengatakan, prosesi terbuka ini menjadi bentuk usaha mereka menjaga kebudayaan warisan leluhur. ”Kecintaan pada budaya harus kita tunjukkan,” tuturnya.
Seusai prosesi di Loji Gandrung, Kaesang dan Erina beserta keluarga berangkat menuju Pura Mangkunegaran dengan kereta kencana. Total ada sebelas kereta yang digunakan. Barisan paling depan diisi oleh 81 prajurit Keraton Kasunanan Surakarta. Jarak kedua lokasi berkisar 1,7 kilometer saja.
Bhabinkamtibmas Polsek Kesugihan Polresta Cilacap Aiptu Warsito menjadi kusir yang mengendarai kereta kencana Kaesang dan Erina. ”Saya dan keluarga memang punya stable kuda sejak dulu. Ini enam kuda yang dipakai juga berasal dari area Solo yang dikelola adik saya,” ucap Warsito.
Uniknya, enam kuda yang digunakan tersebut adalah kuda yang sama saat pernikahan putri kedua Jokowi, Kahiyang Ayu, dengan Bobby Afif Nasution. Keluarga Jokowi kembali memberikan amanat tersebut kepada Warsito dan keluarga. ”Kebanggaan bagi kami. Nah, sengaja kami pakai kembali kuda-kuda yang sama agar spesial bagi mempelai dan keluarga,” sambungnya.
Demi mendukung kelancaran acara, Warsito juga menjalani puasa selama tiga hari sebelum acara digelar. ”Tradisinya begitu kalau mau mengusiri acara penting. Tapi, memang pilihan masing-masing mau dijalani atau tidak,” ucapnya. Puasa tersebut menjadi bentuk ikhtiar dan berserah diri sebelum acara. ”Dan alhamdulillah memang lancar. Kuda-kudanya juga tenang semua, tidak ada yang nervous,” ucapnya kemudian tertawa.
Di kawasan Ngarsopuro, tak jauh dari Pura Mangkunegaran, panitia pernikahan juga mengadakan pesta rakyat. Sajian makanan sekitar 8.000 porsi dari UMKM setempat dan beberapa usaha milik Kaesang diberikan secara gratis bagi warga. ”Harus rebutan dulu tadi. Kalau ndak gitu ya kehabisan,” ucap Marsia, warga Solo. Pesta kuliner digelar di dua lokasi saja, yaitu Ngarsopuro dan Plaza Sriwedari.
Sajian makanan tradisional tetap disiapkan dalam resepsi yang digelar selama lima sesi itu. Beberapa menu favorit Jokowi dihadirkan. Seperti tengkleng, sate, soto, selat solo, dan timlo. Beberapa makanan modern juga tersedia, seperti lasagna dan makaroni.
Kehadiran menteri-menteri mengisi pergelaran resepsi sesi pertama. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga hadir dan memberikan doa terbaik bagi pasangan yang menikah. Pada resepsi sesi malam, beberapa tokoh artis juga menghadiri undangan. Mereka, antara lain, Cak Lontong, Atta Halilintar bersama istri dan anaknya, desainer Anne Avantie, serta politikus Ingrid Kansil.
Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono termasuk kehadiran yang paling dinanti. Jokowi terlihat berbincang sebentar dengan pendiri Partai Demokrat itu. Saat ditanya isi perbincangan mereka, Jokowi hanya tersenyum dan memilih pamit dari venue pernikahan. Sebelumnya Jokowi menyampaikan ucapan terima kasih dan permohonan maaf bagi masyarakat Jogja dan Solo. ”Maaf jika ada masyarakat yang merasa terganggu dengan perhelatan acara kami,” pungkasnya.
Sementara itu, pantauan Jawa Pos Radar Solo, ternyata bukan hanya masyarakat Solo yang menyemut di kawasan kirab. Ada juga warga dari luar Solo. Uniknya, mereka mengenakan pakaian adat Nusantara. Misalnya batik, pakaian adat Bali, Batak, dan daerah lainnya. Di antara warga itu ada perempuan asal Jakarta bernama Valentina. Dia mengaku kerap memamerkan busana adat Indonesia dalam acara khusus. Biasanya perempuan 59 tahun tersebut memakai baju dasar kebaya kutu baru. Hanya, ornamen di kepala sering berganti-ganti.
”Saya datang bersama rombongan satu bus dari Generasi Setia Pancasila (GSP). Sampai Solo Jumat sore, menginapnya di Asrama Haji Donohudan. Kami mengenakan pakaian adat Indonesia. Kali ini saya sendiri pakai ornamen dari Bali,” terangnya.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : dya/nis/nik/c9/oni
Credit: Source link