Kenaikan BI7DRR Tak Terelakan, Bank Berusaha Kompetitif

JawaPos.com – Sepanjang 2022, Bank Indonesia (BI) telah mengerek empat kali suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Dengan demikian, suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan bakal melakukan penyesuaian. Termasuk suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang naik.

Cash Management Division Head OCBC NISP Amran Setiawan menuturkan, kenaikan suku bunga acuan memang tidak bisa dielakkan. Bank juga tidak bisa memberi subsidi untuk memberi bunga yang rendah. Hanya saja OCBC NISP berusaha tetap kompetitif memberikan kompensasi yang lain, seperti KPR Kendali.

Produk tersebut memberikan keleluasaan kepada nasabah untuk bisa mengatur bunganya. Caranya, dengan mengompensasi nominal tabungan dengan jumlah pembiayaan yang diajukan. Artinya, ada ketentuan nominal tabungan untuk dapat menekan bunga KPR lebih rendah.

“Nanti akan dilihat dari off site antara jumlah nominal tabungan dan bunganya. Dari situ nanti ketemu titik tengah untuk menentukan bunga. Saya rasa ini benchmark yang hanya ada di OCBC NISP,” jelasnya saat ditanyai Jawa Pos dalam Coffee Chit-chat di bilangan Kebayoran Baru, Kamis (5/1).

Dari program itu, OCBC NISP turut mengajak masyarakat, khususnya anak muda, untuk financial fit. Rajin menabung di bank hingga terkumpul dana yang cukup untuk membeli rumah dengan KPR yang murah.

Penyaluran KPR OCBC NISP cukup memuaskan mencapai 26 persen year-on-year (YoY) per semester I 2022. Menurut Amran, pasar rumah second justru meningkat selama pandemi. Mengingat, banyak orang yang menjual rumah secara murah karena untuk melanjutkan usaha, terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), dan tidak sanggup melanjutkan cicilan.

“Dari situ saya melihat, di balik setiap krisis atau musibah, pasti ada opportunity yang berjalan berdampingan,” ungkapnya.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan memonitor setiap perkembangan situasi ekonomi global dan domestik yang terjadi. Termasuk peningkatan BI7DRR. Hingga November 2022, penyaluran kredit CIMB Niaga tumbuh 12 persen YoY. “Ritel konsumer tumbuh double digit yang ditumpu oleh KPR dan KKB (kredit kendaraan bermotor),” ucapnya.

Sementara itu, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede menyatakan, sikap hawkish BI akan meningkatkan rata-rata suku bunga pasar uang antar bank (PUAB). Yang kemudian, akan berpengaruh terhadap kenaikan suku bunga kredit perbankan.

Nah, proses transmisi kenaikan suku bunga kredit perbankan cenderung bervariasi. Bergantung pada kondisi likuiditas dan risk appetite masing-masing bank. Artinya, bank dengan likuiditas besar tidak akan seresponsif bank yang memiliki likuiditas terbatas.

“Jadi jika bank memiliki likuiditas yang baik, maka transmisi kenaikan bunga KPR bisa lebih lama dan bersarannya pun tidak sebesar kenaikan suku bunga BI,” terang Josua.

Sedangkan efek terhadap risiko kredit juga bervariasi berdasarkan jenis penggunaan. Rasio kredit macet alias non-performing loan (NPL) kredit modal kerja saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan NPL kredit investasi dan kredit konsumsi. “Sehingga, kenaikan suku bunga kredit modal kerja cenderung akan lebih cepat atau lebih besar dari kenaikan suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi,” bebernya.

 

Editor : Mohamad Nur Asikin

Reporter : Agas Putra Hartanto


Credit: Source link