JawaPos.com – Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak pada penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia seharusnya menjadi momentum bagi pemerintah untuk terus mendorong pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT). Sebab, ketergantungan kepada energi fosil dianggap tidak baik.
Pengamat kebijakan publik, Iwan Bento Wijaya memaparkan, EBT akan menjadi solusi jangka panjang bagi Indonesia. Baik untuk kepentingan mitigasi perubahan iklim maupun sebagai langkah mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak dari luar.
“Indonesia harus mempersiapkan hilirisasi dan huluisasi energi. Alokasi subsidi BBM saat ini sebaiknya dialihkan kepada sektor energi yang produktif,” kata Iwan dalam dialog publik dengan tema ‘Menakar Kebijakan Pemerintah dalam Penyesuaian Harga BBM: Subsidi Tepat Sasaran, Sudah Tepatkah?’ di Jakarta, Selasa (13/9).
Iwan mengungkapkan, ada semangat secara global untuk melakukan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan. Hal ini juga menjadi salah satu agenda penting di G-20, di mana Indonesia kini memegang kepemimpinan.
Iwan sepakat akan adanya bansos yang diberikan pemerintah untuk masyarakat tak mampu sebagai bantalan sosial meredam dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). “Kebijakan pemerintah dengan pemberian bantuan langsung tunai patut kita dukung. Selain itu harus dijaga ketersediaan bahan pangan di pasar untuk menahan laju angka inflasi dan mempertahankan daya beli masyarakat,” ujarnya.
Sebelumnya, pemerintah telah resmi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi dan non-subsidi meliputi Pertalite, solar, dan Pertamax yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9) pukul 14.30 WIB. Kenaikan harga BBM tersebut diumumkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam konferensi pers disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden pada Sabtu (3/9).
Arifin menyebut harga Pertalite berubah menjadi Rp 10.000 dari sebelumnya Rp 7.650 per liter. Sementara untuk solar menjadi Rp 6.800 dari sebelumnya Rp 5.150 per liter.
Selain BBM subsidi, harga BBM non-subsidi, Pertamax juga mengalami kenaikan. “Pertamax non-subsidi Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter,” kata Arifin.
Editor : Estu Suryowati
Reporter : Sabik Aji Taufan
Credit: Source link