Anak minta les balet, tapi baru dua kali pertemuan sudah bosan. Atau si kecil sulit duduk anteng saat belajar. Mengenali minat, bakat, dan gaya belajar si kecil memang cukup challenging ya, Bund.
—
PENTING bagi orang tua memahami minat, bakat, dan karakter si kecil sejak dini agar potensi anak lebih terarah dan optimal. Tes sidik jari menjadi opsi alternatif yang dilakukan para ortu maupun pengajar untuk mengetahui potensi akademik dan bakat individu.
Seperti apa? Yaitu, dengan melihat pola di setiap sidik jari tangan. Para ahli di bidang dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari sidik jari) dan neuroanatomi mengungkap pola sidik jari yang sifatnya genetik sudah muncul sejak janin dalam kandungan usia 13 minggu.
”Guratan kulit pada sidik jari atau garis epidermal memiliki keterkaitan dengan sistem hormon pertumbuhan sel pada otak (nerve growth factor atau NGF) yang sama dengan faktor garis epidermal (epidermal growth factor atau EGF). Ini menunjukkan adanya korelasi lahiriah antara sidik jari dan kualitas, bakat, serta gaya belajar seseorang,” terang fingerprint analyst Ismi Widiarti pada Jumat (8/7).
Cara kerjanya cukup dengan melakukan scanning pada kesepuluh jari tangan menggunakan alat finger. Hasil rekaman sidik jari itu kemudian disimpan untuk dianalisis lebih lanjut. Untuk anak usia di bawah 1 tahun, guratan sidik jarinya masih halus sehingga cukup sulit terlihat.
”Perkembangan yang terbaru itu bisa menggunakan foto setiap sidik jari dengan kamera Android, tapi minimum 8 megapiksel,” tambahnya.
Tidak ada batasan usia untuk melakukan tes sidik jari. Hanya, jika dilakukan sejak usia kanak-kanak, tes tersebut bisa membantu orang tua dalam menentukan arah pengasuhan. Dengan begitu, potensi anak dapat terasah secara optimal. Pada orang dewasa, hasil tes bisa digunakan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja dan fokus mengembangkan potensi diri.
Analisis sidik jari ibarat peta. Dengan mengetahui peta itu, orang tua dapat membimbing anak untuk memaksimalkan prestasinya sesuai potensi dan bakat anak. ”Bisa jadi secara bawaan logis matematisnya bagus atau kemampuan public speaking-nya bagus. Namun, karena tidak cepat diketahui dan diasah, jadi biasa-biasa saja,” tutur Ismi.
Manfaat positif juga dirasakan pengajar di sekolah. Hasil tes sidik jari dapat menunjukkan gaya belajar anak. Jadi, guru bisa merancang metode pendekatan yang cocok agar materi yang disampaikan mudah ditangkap.
”Misalnya, anak tersebut tipe kinestetik yang nggak bisa diam. Cara kami menyampaikan materi juga harus bergerak. Misalnya, berhitung sambil melompati bola. Kalau tipe visual, tinggal suruh duduk lihat papan tulis. Tipe audio, kami menjelaskan, dia menyimak,” papar Kepala TK Kreatif Primagama Surabaya Pratiwi Ratna Anggraeny SSn.
Yang tidak kalah penting adalah mengetahui minat dan bakat anak. Sidik jari di tangan kanan berhubungan dengan kerja otak kiri seputar kemampuan bahasa dan sains. Sebaliknya, sidik jari di tangan kiri berhubungan dengan kerja otak kanan seputar seni dan olah rasa. Di sekolah, guru bisa mendukung dan memfasilitasi talenta tersebut sehingga tidak hanya fokus pada nilai akademik.
’’Sebenarnya, itu nanti orang tua yang membuktikan. Kalau persentase seninya bagus, di sekolah kami berikan semua. Ada menggambar, mewarnai, menari, dan lainnya. Nanti mulai masuk SD, orang tua bisa lebih mengarahkannya,” imbuh Bunda Tiwi, sapaan akrabnya.
Anak butuh pendampingan untuk mengoptimalkan potensinya. Jika tidak cermat mengenali potensi dan karakter anak, bisa jadi orang tua akan kesulitan dalam mendidik dan mengarahkannya.
HASIL SIDIK JARI ”MEMBACA” APA SAJA?
– Gaya belajar Motivasi yang tepat untuk diberikan
– Potensi, minat, dan bakat
– Profesi yang cocok
– Karakter diri
– Dominasi kerja otak
– Skill atau keahlian
– Kelemahan dan keunggulan
– Kecerdasan majemuk
Credit: Source link