Kekayaan Alam dan Kebijakan Investasi Jadi Daya Tarik
JawaPos.com – Pendiri Tesla sekaligus orang terkaya di dunia Elon Musk menyampaikan ketertarikannya terhadap masa depan Indonesia. Dia menyampaikan ketertarikan tersebut saat menerima kunjungan Presiden Joko Widodo pada Sabtu (14/5). Kunjungan itu dilakukan di pabrik produksi roket SpaceX di Boca Chica, Amerika Serikat.
Seperti biasa, Elon tampil sederhana saat menerima kunjungan Jokowi.
Pendiri Tesla dan SpaceX itu hanya mengenakan kaus oblong. Setelah mengajak Jokowi berkeliling, Elon menyampaikan sangat tertarik dengan masa depan Indonesia. Bagi dia, Indonesia terlihat sangat optimistis menghadapi masa depan. Indonesia juga dinilai memiliki energi positif. “Saya rasa Indonesia memiliki potensi yang besar,” kata Elon.
Dia menuturkan, melalui produk Tesla dan SpaceX, pihaknya akan mencoba menjalin beberapa kerja sama dengan Indonesia. Menurut dia, salah satu potensi Indonesia adalah populasinya yang sangat besar dan terus berkembang. Menurut Elon, pihaknya membutuhkan banyak orang pada masa depan.
Elon juga menyampaikan sangat tertarik untuk segera berkunjung ke Indonesia. Dia bahkan menyampaikan langsung kepada Jokowi akan berkunjung ke Indonesia pada November. Kedatangan tersebut merupakan jawaban langsung atas undangan yang disampaikan Jokowi untuk Elon.
Jokowi menyatakan, kunjungannya kali ini merupakan tindak lanjut perintahnya kepada Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Maritim Luhut Binsar Pandjaitan. Seperti diketahui, pada pengujung April lalu, Luhut bersama rombongannya bertemu dengan Elon. ’’Berbicara dengan Elon mengenai investasi, mengenai teknologi, mengenai inovasi,’’ ungkap Jokowi.
Dia bertemu langsung dengan Elon untuk mendiskusikan materi-materi tersebut. Dia berharap Elon bisa bekerja sama dengan Indonesia pada masa mendatang.
Pertemuan Luhut dengan Elon saat itu menghasilkan beberapa poin. Salah satunya, Indonesia kembali mengajak Tesla untuk investasi ekosistem produksi kendaraan berbasis listrik di Indonesia. Seperti diketahui, sebelumnya Tesla berkeinginan melakukan investasi di Indonesia. Namun, tiba-tiba mereka mundur.
Hasil riil dari pertemuan antara Musk dan Jokowi belum diungkap. Namun, Tesla, salah satu perusahaan milik Musk, mungkin melirik Indonesia untuk berinvestasi karena Indonesia memiliki beberapa tambang tembaga, nikel, dan timah terbesar dunia. Sumber daya alam yang melimpah inilah yang kerap memikat investor asing. Nikel adalah bahan utama pembuatan baterai.
Dilansir Bloomberg, pembicaraan potensi kemitraan telah dilakukan pemerintah Indonesia dan tim Musk selama beberapa tahun terakhir. Termasuk di antaranya adalah pengembangan kendaraan listrik dengan Tesla dan kemungkinan situs peluncuran roket SpaceX. Namun, sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai.
India Times memperkirakan Tesla mungkin akan mempertimbangkan untuk masuk ke pasar Indonesia. Itu dilakukan setelah rencana untuk masuk pasar India ditunda lebih dulu karena tidak adanya kesepakatan penurunan tarif bea masuk. Tesla tak lagi mencari showroom di India dan memindahtugaskan tim domestiknya yang gagal mengamankan pajak impor. Pemerintah India meminta Tesla berkomitmen membuat mobil di India lebih dulu sebelum menurunkan tarif. Di India, pajak untuk kendaraan impor bisa mencapai 100 persen.
Indonesia dinilai memiliki kebijakan yang lebih ramah dan mendukung tujuan program kendaraan elektronik (EV) di negaranya. Karena itu, para produsen mulai berkomitmen untuk berinvestasi. LG Energy Solution dan beberapa perusahaan lainnya menginvestasikan sekitar USD 9 miliar (Rp 131,6 triliun) untuk mendirikan rantai pasokan, mulai pertambangan hingga manufaktur di Indonesia. Hyundai Motor Co juga mengembangkan pabrik baterai.
Sementara itu, pembuat powerpack terbesar di dunia, Contemporary Amperex Technology Co, juga menginvestasikan hampir USD 6 miliar (Rp 87,7 triliun) dalam proyek baterai dengan PT Aneka Tambang Tbk dan PT Industri Baterai Indonesia. Proyek itu didukung negara. Zhejiang Huayou Cobalt Co dari Tiongkok dan PT Vale Indonesia Tbk bulan lalu juga mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dalam proyek nikel di Indonesia. Pergerakan investasi itu menunjukkan pentingnya dekat dengan sumber bahan mentah untuk manufaktur.
”Tesla mengetahui hal itu dengan baik,” tulis mantan jurnalis The Wall Street Journal Anjani Trivedi dalam sebuah opini di Bloomberg. Menurut Trivedi, Indonesia mungkin bukan pasar yang menjanjikan untuk mobil listrik. Kekayaan alam dan kebijakan investasinyalah yang membuat banyak perusahaan tertarik.
Jika Musk jadi berinvestasi, Indonesia mungkin akan mengikuti jejak Brasil. Perusahaan penambangan asal Brasil Vale SA Jumat (13/5) menyatakan bahwa pihaknya telah menandatangani kesepakatan jangka panjang dengan Tesla untuk nikel dari perusahaannya yang berada di Long Harbour, Kanada. Mereka tidak memerinci nominal maupun jangka waktu kesepakatan tersebut.
Vale SA akan menyediakan Tesla dengan nikel kelas I yang rendah karbon. Perusahaan yang berbasis di Rio de Janeiro itu menyatakan, nikel yang diproduksi di fasilitas Long Harbour memiliki jejak karbon setara dengan 4,4 ton CO2 untuk setiap ton nikel. Jejak karbon seperti itu menjadikannya pemasok pilihan untuk industri kendaraan listrik.
Editor : Ilham Safutra
Reporter : wan/sha/c14/c9/oni
Credit: Source link