KH Afifuddin Muhajir (kanan)
Jakarta, Jurnas.com – Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi`iyah, Asembagus, Sukorejo, Situbondo KH Afifuddin Muhajir merasa ragu pada keilmuan dan kealiman para pihak yang ikut dalam Ijtima Ulama III.
Ijtima Ulama III sendiri digelar oleh para anggota PA 212 dan berafiliasi dengan Paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Rekomendasi Ijtima Ulama III berisi desakan kepada KPU untuk mendiskualifikasi Paslon 01 Jokowi-KH Ma`ruf Amin yang dalam quick count dinyatakan menang Pilpres dengan elektabilitas kisaran 55 persen.
Menanggapi ijtima ulama III ini, Kiai Afifuddin menegaskan bahwa ulama semestinya mendinginkan situasi, membuat pernyataan yang menyejukkan dan menuntun umat untuk menjalankan akhlakul karimah.
“Ulama itu adalah pewaris para nabi. Jadi tidak sembarangan menyebut dirinya ulama. Saya sendiri ragu, apa betul mereka ulama? Ulama harus memiliki keluasan ilmu dan ketakwaan yang luar biasa,” kata Kiai Afif kepada media.
Kiai Afifuddin yang juga Guru Besar Usul Fiqih Ma`had Aly Salafiyah Syafi`yah Situbondo mengatakan, tugas ulama harus bisa memberikan kamaslahatan dan tidak memecah belah umat. Pasca Pemilu 2019, peran Ulama semestinya mendinginkan suasana yang dterjadi di masyarakat, bukan sebaliknya.
Apalagi, sebentar lagi sudah memasuki bulan suci Ramadan. Maka ulama harus fokus membimbing umat bukan sibuk mengurus Pemilu.
“Ulama dengan keahliannya harus mendinginkan suasana, memberikan maslahah untuk umat bukan mudharat,” terang dia.
Sementara itu, Ustadzah Jauhariatul Fardhiyya dari Sukabumi, Jawa Barat menyatakan peran ulama terutama menjelang Bulan Ramadhan seharusnya lebih banyak melakukan pembinaan spiritual ketimbang ikut hiruk pikuk memihak capres tertentu.
“Ulama adalah mereka yang berilmu, bekerja membimbing ummat ke arah yang benar,” jelasnya.
Ustadzah Jauhariatul yang juga Pimpinan Majelis Taklim Azzainiyya mengingatkan, ulama jangan justru ikut memperkeruh suasana dengan mendukung satu kubu, lalu mengeluarkan otoritas keulamaannya untuk itu.
Padahal otoritas pemilu sudah jelas ada di tangan siapa. Ia menganjurkan kepada ummat Islam Indonesia untuk bersatu dan bersilaturahim.
“Kita sudah menjalankan kewajiban untuk memilih, sekarang tinggal kita tunggu saja prosesnya sampai selesai. KPU dan Bawaslu bukan pertama kali ini menggelar pilpres, jadi beri mereka kepercayaan. Lagian dipercaya atau tidak, mereka adalah organ yang sah secara konstitusi untuk mengurus pemilu,” ujarnya saat dihuhungi media.
Sebelumnya, Habib Sholeh Al Muhdar mengingatkan agar para pendukung Paslon 02 Prabowo-Sandi jangan membawa-bawa nama ulama, apalagi mengatasnakanakn Ijtima Ulama untuk kepentingan politik sesaat.
“Jangan sampai nafsu politik yang berlebihan, kemudian nama ulama dipakai buat memenuhi syahwat politik tersebut. Kalah Pilpres ya terima aja, itu takdir Tuhan. Kan tak boleh manusia mengingkari takdir Alloh SWT,” tegas Habib Sholeh.
TAGS : KH Afifuddin Asembagus Sukorejo Ijtima Ulama III
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin