Kisah Ramidi Nunggak SPP 14 Bulan hingga Sering "Diteror" Sekolah

by

in
Kisah Ramidi Nunggak SPP 14 Bulan hingga Sering "Diteror" Sekolah

Ramidi (paling kiri) saat hendak menerima bantuan pelunasan tunggakan SPP dari Ketua GPSP Linda Agum Gumelar (paling kanan) | Foto: Muti/Jurnas.com

Jakarta, Jurnas.com – Ramidi tak pernah benar-benar merasa tenang saat berada di sekolah. Bukan karena pikirannya melayang untuk bermain di luar, melainkan tunggakan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) yang membuat dia resah.

Ramidi bukan anak orang kaya. Ibunya tidak bekerja. Ayahnya nelayan, yang sudah setahun belakangan tumbang karena stroke ringan. Otomatis, keluarga Ramidi hanya mengandalkan penghasilan dari dua kakaknya, yang bekerja sebagai buruh pabrik dan nelayan.

Kondisi serba kekurangan itu menyebabkan pembayaran SPP-nya di sekolah tersendat. Bahkan per bulan ini, sudah 14 bulan dia belum kunjung membayarkan iuran SPP yang besarnya Rp300.000 per bulan.

“Kalau ulangan (ujian, Red), mama sering dipanggil ke sekolah. Pasti diomelin karena belum bayar SPP,” kata salah satu siswa SMK swasta di Jakarta Utara tersebut, kepada Jurnas.com pada Sabtu (14/9).

Tidak hanya ditanyakan perihal alasan belum membayar iuran SPP, Ramidi mengatakan, sekolah kerap kali memintanya membuat perjanjian yang berisi tenggat waktu pembayaran SPP.

“Jadi setiap ujian itu kita bikin perjanjian, kapan ini mau dibayar,” tutur dia.

Kini, Ramidi dapat bernapas lega. Pasalnya, Gerakan Pemberdayaan Swara Perempuan (GPSP) bersedia melunasi tunggakan SPP Ramidi, dengan nilai bantuan sebesar Rp5.800.000.

“Terima kasih sekali. Saya merasa sangat bersyukur karena sudah membantu biaya saya,” ucap pria kelahiran Jakarta, 27 Juni 2001 ini dengan mata berkaca-kaca, usai menerima langsung bantuan dari Ketua GPSP Linda Agum Gumelar.

Sementara Ketua GPSP Linda mengatakan, sebelum bantuan diberikan kepada Ramidi, dia sudah mengecek langsung kondisi orang tua Ramidi di rumahnya.

Bahkan tak Cuma Ramidi, Linda menyebut GPSP juga memberikan bantuan pelunasan SPP bagi dua anak kurang beruntung lainnya, yakni Sumiyati (Rp6.400.000) dan Nurhayani (Rp3.400.000).

“Dengan kemampuan yang bisa dilakukan GPSP, kami membantu empat anak yang sudah tidak bayar uang SPP sejak Agustus tahun lalu. Sekarang kami bantu juga dengan transportnya, dan sekaligus juga bantuan berupa laptop,” terang Linda.

Atas bantuan itu, Linda berharap dapat membantu pemerintah dalam memecahkan persoalan-persoalan sosial, yang ada di akar rumput.

“Saya kira pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, makanya masyarakat juga butuh bergandengan tangan,” tandas dia.

TAGS : Nunggak SPP Ramidi Siswa Tidak Mampu

This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin

Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/59280/Kisah-Ramidi-Nunggak-SPP-14-Bulan-hingga-Sering-Diteror-Sekolah/