MANGUPURA, BALIPOST.com – Kolaborasi merupakan kunci mewujudkan masa depan rendah karbon. Pemerintah Indonesia sendiri telah menetapkan target penggunaan energi baru terbarukan (EBT) hingga 23 persen pada 2025 tertuang dalam roadmap transisi energi sebagai bagian dari Grand National Energy Strategy (GSEN). Demikian terungkap dalam BloombergNEF (BNEF) Net Zero Summit yang merupakan rangkaian B20 dan G20 Summit di Nusa Dua, Sabtu (12/11).
Menurut Ridha Yasser, Direktur Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, untuk mencapai target EBT 23 persen tersebut, kolaborasi antara pihak swasta, pemerintah, dan lembaga lainnya menjadi suatu hal yang fundamental. “Khususnya dalam menyeimbangkan akses energi, dampak lingkungan dan sosial-ekonomi, serta pengembangan teknologi. Adanya kerja sama ini dapat mengakselerasi pencapaian target Indonesia untuk mencapai net zero emission,” ujar Ridha dikutip dari keterangan tertulisnya.
Pendapat sama juga disampaikan Wahyu Budiarto, Country Manager Chevron Indonesia. Ia mengatakan Chevron, bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi serta the Asia Natural Gas and Energy Association (ANGEA), sepakat pentingnya kolaborasi dalam mendorong pencapaian target masa depan rendah karbon.
Dengan seluruh perhatian dunia tertuju pada Bali menjelang pelaksanaan B20 dan G20 Summit yang diselenggarakan oleh Pemerintah Indonesia, BNEF Summit, acara resmi B20/G20, mempertemukan para pemimpin industri dan investor dari seluruh Asia untuk berkolaborasi bersama menuju net zero emission. “Kolaborasi ini merupakan hal yang penting dalam mendukung inovasi dan mendorong transisi energi. Untuk itu, Chevron terus berkomitmen dalam berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan demi mencapai tujuan-tujuan energi nasional. ANGEA dan Pemerintah Indonesia juga telah memberikan banyak masukan mengenai bagaimana industri, asosiasi, dan pemerintah dapat bekerja sama dalam mencapai target net zero emission, baik di Indonesia maupun kawasan Asia Pasifik,” sebutnya.
Partisipasi Chevron dalam BNEF Summit ini menyusul ditandatanganinya perjanjian kerja sama Chevron dengan Pertamina dan Keppel Infrastructure dalam mengeksplorasi pengembangan proyek hidrogen hijau dan amonia hijau di Indonesia. “Chevron percaya bahwa masa depan energi adalah rendah karbon. Dalam mencapai tujuan tersebut, kami terus membangun dan memperkuat kerja sama, serta berkolaborasi secara aktif dalam pengembangan solusi rendah karbon di negara-negara yang memiliki kebutuhan energi tinggi, di mana kami dapat membantu mempercepat transisi energi yang sedang berlangsung melalui teknologi baru dan keahlian operasional,” kata Manish Misra, Vice President Strategy & Integration di Chevron New Energies.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan energi Indonesia diproyeksikan mencapai 2,9 miliar setara barel minyak (SBM) pada tahun 2050. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kerja sama antara berbagai pihak, termasuk penyedia gas alam, dapat diselaraskan dengan meningkatnya penggunaan energi terbarukan yang didukung oleh ANGEA.
“Kolaborasi sangatlah penting, baik untuk ketahanan maupun transisi energi, di mana keduanya bagaikan dua sisi mata uang yang sama jika didukung oleh kebijakan yang sesuai. Untuk mendorong masa depan energi yang lebih rendah karbon serta memungkinkan pertumbuhan ekonomi, kita perlu secara kolektif membangun rantai nilai baru di seluruh daerah yang memungkinkan adanya peningkatan penggunaan teknologi baru, seperti CCUS (carbon capture, utilization, and storage), Hidrogen, dan amonia,” tutup Paul Everingham, Chief Executive Officer ANGEA. (kmb/balipost)
Credit: Source link