YOGYA, KRJOGJA.com – Fluktuasi harga dan kenaikan permintaan pasokan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting (Bapokting) sudah rutin terjadi setiap bulan Ramadhan hingga Lebaran di berbagai daerah, tidak terkecuali di DIY. Menyikapi kondisi tersebut, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) secara aktif meningkatkan monitoring dan pengawasan supaya tidak terjadi gejolak harga dan kelangkaan pasokan Bapokting karena dikendalikan pihak-pihak tertentu.
Hal ini ditegaskan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) VII KPPU DIY dan Jawa Tengah (Jateng) M Hendry Setyawan dalam Diskusi Ekonomi Terbatas bertema ‘Pengawasan Harga dan Pasokan Bapokting Jelang Idul Fitri’ kerjasama Kanwil VII KPPU Wilayah DIY & Jateng, ISEI Cabang Yogyakarta serta SKH Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, Rabu (20/4/2022). Tiga permasalahan utama Bapokting yaitu kondisi geografis, struktur industri dan rumusan neraca pasokan pangan.
“Terkait Bapokting, kita bukan menyoroti pasokannya tetapi berupaya supaya jangan sampai terjadi gejolak harga pangan. Volatile pangan ini bukan karena supply dan demand tetapi lebih dikarenakan ada segelintir pihak yang mengendalikan. Kalau memang karena pasokan dan permintaan tidak apa-apa, tapi kalau ada oknum penggeraknya itu yang jadi urusan KPPU,” tutur Hendry.
Hendry menyatakan pihaknya mendeteksi penyebab terjadinya kenaikan harga komoditas pangan (inflasi) antara lain faktor alamiah seperti banjir. Kenaikan harga juga disebabkan struktur pasar baik monopsoni dan oligopsoni. Struktur pasar tersebut dapat menjadikan produsen atau penjual menentukan harga yang lebih tinggi dari harga pasar.
“Intinya perilaku monopolis maupun oligopsonis tersebut cenderung merugikan konsumen dengan menjadikan harga lebih tinggi. Hal itulah yang dipantau dan akan ditindak KPPU,” tandasnya.
Credit: Source link