LONDON, BALIPOST.com – Lebih dari 50 orang menteri dalam kabinet Perdana Menteri Boris Johnson telah mengundurkan diri dalam waktu kurang dari 2 hari. Mereka mengatakan bahwa Johnson tidak layak untuk memimpin usai dilanda sejumlah skandal, sementara puluhan orang di Partai Konservatif melakukan pemberontakan secara terbuka.
Dikutip dari Kantor Berita Antara, Sekretaris Irlandia Utara Brandon Lewis, menjadi menteri kabinet terbaru yang mengundurkan diri pada Kamis (7/7) pagi, menyusul pengunduran diri dari para menteri keuangan, kesehatan, dan negara bagian Wales.
“Saya tidak dapat mengorbankan integritas pribadi saya untuk membela keadaan yang terjadi sekarang,” kata Lewis.
“Sudah jelas bahwa partai kita, kolega-kolega parlemen, relawan, dan seluruh negara, pantas mendapatkan yang lebih baik.”
Jaksa Agung untuk Inggris dan Wales, Suella Braverman mengatakan kepada ITV Rabu malam bahwa dia akan tetap menjabat tetapi akan mencalonkan diri dalam pencalonan kepemimpinan apa pun di masa depan.
“Saya pikir sudah tiba waktunya bagi perdana menteri untuk mundur,” katanya.
“Jika ada kontes kepemimpinan, saya akan memasukkan nama saya.”
Delegasi menteri senior dan perwakilan anggota parlemen Konservatif yang tidak berada di pemerintahan menyambangi Downing Street untuk menemui Johnson pada Rabu malam untuk memberi tahu dia bahwa dia harus mundur dan membuat jalan keluar dengan cara yang bermartabat.
Tetapi Johnson sejauh ini menolak untuk mengalah, dan bahkan memecat Michael Gove, seorang menteri senior yang dilaporkan media sebelumnya telah memberi tahu pemimpin Inggris itu bahwa dia harus mundur.
“Saya tidak akan mundur,” kata Johnson kepada komite parlemen. Surat kabar The Sun mengutip sekutu perdana menteri yang mengatakan bahwa pemberontak di partainya” harus mencelupkan tangan mereka ke dalam darah” jika mereka ingin menyingkirkannya.
Johnson telah memberi sinyal bahwa dia memiliki mandat untuk memerintah dari hampir 14 juta pemilih yang memilih partai Konservatif pada Desember 2019 ketika dia berkuasa dengan janji untuk menyelesaikan keluarnya Inggris dari Uni Eropa setelah bertahun-tahun perselisihan sengit.
Dia mengatakan bahwa bukanlah tindakan yang bertanggung jawab untuk meninggalkan pekerjaan di tengah krisis ekonomi dan perang di Eropa. Johnson telah menjadi pendukung nyata Ukraina setelah invasi Rusia pada akhir Februari.
Dia juga menolak untuk mengatakan apakah dia akan mencoba untuk tetap bekerja bahkan jika dia kehilangan mosi percaya dari anggota parlemennya sendiri.
Hal tersebut dapat terjadi pada pekan depan jika mereka setuju untuk mengubah aturan partai, yang hanya mengizinkan satu tantangan seperti itu dalam setahun. Dia menang tipis dalam pemungutan suara yang sama pada bulan lalu. (kmb/balipost)
Credit: Source link