Buku non-teks (Foto: Muti/Jurnas)
Jakarta, Jurnas.com – Sejumlah kesalahan mendasar masih dilakukan oleh penulis buku non-teks yang beredar di Indonesia. Di antara kesalahan tersebut ialah penulis yang tidak memahami cara mengutip sumber, sesuai metodologi ilmiah.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Penilaian dan Pengawasan Buku, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Supriatno, pada Kamis (25/7) di Jakarta.
“Jadi ambil teks comot sana-sini. Bahkan ada yang mengambil sumber dari blog. Itu kan tidak boleh, karena buku ini termasuk karya ilmiah,” kata Supriatno kepada awak media.
Selain itu, lanjut Supriatno, penulis juga tanpa sadar melakukan plagiasi (menjiplak) karya orang lain. Bahkan, tak jarang sejumlah penulis menjiplak karyanya sendiri.
“Biasanya dia sudah menulis tentang itu, kemudian ia tulis ulang kembali dengan judul berbeda,” tutur dia.
Supriatno mengatakan, selama pihaknya melakukan seleksi terhadap buku-buku non-teks rujukan sekolah. Hanya buku lolos seleksi, yang boleh digunakan oleh sekolah sebagai penopang pembelajaran di dalam kelas.
Namun sayang, kualitas buku non-teks di Indonesia rupanya masih rendah. Dari ratusan buku yang masuk tahap penilaian, biasanya hanya 40 persen yang lolos seleksi.
“Ada konten-konten yang mengandung ujaran kebencian, masih mengandung konten kekerasan, pornografi, bahkan ada yang penyesatan ideologi,” jelas Supriatno.
Sementara Kepala Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud, Dadang Sunendar menyebut terdapat empat kriteria utama sebuah buku non-teks dikategorikan baik.
Keempat kriteria tersebut ialah isi atau konten, bahasa, penyajian, dan grafik. Dia berharap keempat hal itu diperhatikan oleh penulis dan penerbit, sebab buku yang disajikan kepada masyarakat termasuk anak-anak peserta didik, harus layak.
“Buku non teks itu buku-buku yang emang dibuat oleh masyarakat, diusulkan dan ini harus dinilai. Dinilai berdasarkan apa? Dinilai berdasarkan kriteria tadi,” kata Dadang.
Adapun tahun ini, lanjut Dadang, Pusat Perbukuan sudah menggelar empat kali penilaian buku non-teks. Untuk periode keempat kali ini, terdapat 492 judul buku dari 25 penerbit yang meminta diberikan penilaian.
TAGS : Penulis Buku Non-Teks Kemdikbud Perbukuan
This article is automatically posted by WP-AutoPost Plugin
Source URL:http://www.jurnas.com/artikel/56493/Masih-Banyak-Penulis-Tak-Paham-Cara-Mengutip/